Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb

Tengok Black Hornet, Drone Super Mini milik TNI AD yang Mirip Mainan



Batalyon Perhubungan Pusat Perhubungan TNI Angkatan Darat (Yonhub Pushubad) saat menerima kunjungan pejabat Mabes TNI AD (22/12), mendemonstrasikan Nano UAV Black Hornet.


Drone berukuran sangat mini ini dioperasikan langsung oleh personel Yonhub Pushubad.


Black Hornet memiliki panjang hanya 16,8 cm saja, berbobot 33 gram, dan memiliki diameter baling-baling 12,3 cm.


Diketahui, drone Black Hornet telah memperkuat TNI AD sejak 2021 dengan harga Rp250 juta per unitnya.


Hal ini pernah diutarakan langsung oleh Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa, saat meninjau Latihan bersama Super Garuda Shield 1-14 Agustus 2022 di Pusat Latihan Tempur Amborawang, Samboja, Kalimantan Timur.


Meskipun berukuran sangat kecil, Black Hornet dibekali dengan kamera beresolusi tinggi yang dapat menampilkan gambar jernih secara langsung.


Black Hornet bisa menyusup ke teritori lawan atau tempat lawan bersembunyi. Drone dapat mengintai aktivitas lawan meski dalam kundisi gelap atau kurang cahaya.


Selain dimensinya yang sangat mungil, Black Hornet memiliki suara yang senyap, sehingga kehadirannya sangat sulit diketahui lawan.


Peluncurannya butuh persiapan waktu 30-120 detik saja sebelum terbang bak helikopter.


Drone ini bisa dioperasikan dalam moda terbang auto dan manual, terbang menggunakan peta rute ataupun berdasarkan kendali manual operator.


Black Hornet bisa dioperasikan dengan kondisi kecepatan angin antara 15-20 knot dan dalam kisaran suhu udara -10 sampai 43 derajat Celsius.


Memiliki performa terbang dengan kecepatan maksimum sekitar 21 km/jam dan menawarkan kemampuan terbang selama 25 menit.


Black Hornet dilengkapi dengan baterai yang bisa dilepas-ganti, yang menyuplai tenaga ke baling-baling utama dan dua rotor di bagian ekor.


Untuk kebutuhan navigasinya, Black Hornet dilayani oleh global navigation satellite system (GNSS) juga menawarkan tautan data terenkripsi dengan jarak radio 2 km.


Drone yang tampilannya seperti mainan ini dikenal dengan nama resmi Black Hornet PRS (personal reconnaissance system) yang dibuat oleh FLIR Systems, lewat anak usahanya Teledyne FLIR.


Saat ini sekitar 20 ribu Black Hornet telah dikirimkan oleh FLIR Systems ke berbagai pelanggannya diseluruh dunia, termasuk Indonesia di dalamnya.


============================================================


Digunakan Yonhub TNI AD, Inilah Kecanggihan Drone Intai ‘Nano’ Black Hornet PD-100




Drone intai di kelas nano UAV Black Hornet dikabarkan telah digunakan beberapa satuan di Indonesia. Namun, yang terbaru Batalyon Perhubungan (Yonhub) TNI AD, memperlihatkan penggunaan Black Hornet dalam kegiatan Latihan Taktis Tingkat Peleton (Lattiston). Dari laman Instagram Yonhub.pushubad (9/9/2022), disebutkan jenis nano yang digunakan adalah Black Hornet versi PD-100 produksi Prox Dynamics AS, perusahaan yang berasis di Norwegia.


Prox Dynamics meluncurkan Black Hornet PD-100 pada Oktober 2014. Drone intai berukuran nano ini punya kemampuan penglihatan malam dengan teknologi yang dipasok oleh Flir Systems. Black Hornet memungkinkan pasukan digaris depan untuk memata-matai potensi ancaman. Black Hornet menawarkan dukungan intelijen, pengawasan, dan pengintaian dalam mission-critical operations. Dengan ukurannya yang kecik, drone ini memberikan akses ke lokasi terpencil dan memberikan kesadaran situasional di medan perang.


Black Hornet PD-100 dibuat dari bodi yang kokoh dan terbuat dari plastik. Bentuk aerodinamis dari nano drone ini diracang tahan angin badai. Setidaknya, drone imut ini dilengkapi dengan tiga kamera pengintai yang tersembunyi di dalam hidungnya. Tiga kamera itu, satu mengarah ke depan, satu lurus ke bawah, dan satu lagi mengarah ke bawah pada sudut 45 derajat.


Black Hornet PD-100 memiliki panjang sekitar 100 mm dan rentang rotor 120 mm. Berat nano drone ini lebih ringan dari sebungkus mie instant, yakni hanya 16 gram, itu sudah termasuk kamera pengintai dan baterai. Sementara berat total sistem, termasuk konsol pengendali kurang dari 1 kg.


Keluarga Black Hornet dirancang untuk secara mudah dimasukkan ke dalam saku prajurit. Seorang prajurit dapat membawa seluruh sistem drone PD-100 Black Hornet bersama dengan perlengkapannya. Dimensi Black Hornet yang sangat ringkas memungkinkan operator menggunakannya di area yang padat dan rawan ancaman secara efektif.


Sistem Black Hornet punya kebisingan yang sangat rendah, membuat drone ini lebih tersembunyi dan dapat digunakan kembali. Untuk penyiapan dalam penggunaan, Black Hornet dapat siap terbang dalam tempo waktu kurang dari 1 menit untuk lepas landas. Prox Dynamics menyebut, sistem PD-100 yang lengkap dapat mencakup dua drone dan satu unit kendali.


Black Hornet PD-100 dapat terbang dengan endurance 20 – 25 menit, sementara jarak kendalinya adalah 1,6 km. Bicata kecepatan, drone ini mampu melesat 21 km per jam.


Sumber:


Airspace Review


Indomiliter

Comments