Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb

Pakar Ungkap Dampak Penemuan Alien terhadap Keimanan



Keberadaan alien atau makhluk asing cerdas dari luar angkasa dinilai tak sejalan dengan masalah sebagian keyakinan. Apakah bakal menggoyahkan iman?


Dalam penelitian yang di jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society A, astrobiolog Chris McKay di NASA Ames Research Center, mencatat konsekuensi yang mungkin ditimbulkan alien terhadap masyarakat bergantung pada apakah manusia hanya menemukan kehidupan di luar bumi atau juga kecerdasan di luar bumi.


"Deteksi kecerdasan ekstraterestrial, di sisi lain, tidak hanya akan menjawab pertanyaan apakah kehidupan di luar bumi ada, tetapi juga menjadi peristiwa yang luar biasa sehingga akan amat sulit untuk mencoba dan memprediksi semuanya dampak yang akan terjadi pada masyarakat," kata dia, dikutip dari Space.com.


Astronom dari Universitas St. Andrews, Martin Dominik, mengatakan masalah alien bisa membuat seseorang mulai mempertanyakan soal asal usul dan tempat tinggalnya.


"Apakah Bumi benar-benar tempat yang khas?" katanya.


"Bentuk kehidupan lain benar-benar memungkinkan kita menarik kesimpulan mendalam tentang asal usul kita sendiri dan tempat kita di alam semesta."


Yang Paling Terdampak


Menurut para pemikir Kristen di Simposium Starship 100 Tahun, sebuah pertemuan yang disponsori oleh Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), orang Kristen tidak menerima dan mengizinkan dengan mudah keberadaan makhluk cerdas lain di alam semesta. 


Christian Weidemann, profesor filsafat dari Universitas Ruhr, Bochum, Jerman, dalam ceramahnya di sebuah panel diskusi mengungkapkan, "Menurut Kristen, peristiwa bersejarah sekitar 2.000 tahun lalu (kelahiran Yesus) seharusnya menyelamatkan seluruh ciptaan.".


Jika seluruh ciptaan mencakup 125 miliar galaksi dengan ratusan miliar bintang di dalamnya, lalu bagaimana jika beberapa bintang ini juga memiliki planet dengan peradaban maju?


Weidemann, yang menyebut dirinya seorang Kristen Protestan, membuka peluang makhluk luar angkasa itu bukanlah pendosa seperti manusia, oleh karena itu tidak perlu diselamatkan oleh Yesus.


Jika memang pendosa, siapa yang menyelamatkan mereka?


"Jika demikian, apakah Yesus juga menyelamatkan mereka? Posisi saya tidak. Jika demikian, posisi kita di antara makhluk cerdas di alam semesta akan sangat luar biasa."


Kemungkinan lainnya adalah bahwa Tuhan berinkarnasi (menitis) berkali-kali, menurunkan versi dirinya sendiri untuk menyelamatkan setiap planet yang dihuni secara terpisah.


Namun, berdasarkan prediksi jumlah peradaban yang mungkin ada ada di alam semesta dan berapa lama planet dan peradaban diperkirakan akan bertahan, inkarnasi Tuhan itu kemungkinan sekitar 250 tempat secara bersamaan pada waktu tertentu.


Inkarnasi itu, kata Weidemann, masing-masing memakan waktu sekitar 30 tahun.


Teolog dari Ruhr-University Bochum Michael Waltemathe menilai agama lain di luar Kristen mungkin memiliki kemudahan untuk mengakomodasi pengetahuan soal alien ini.


"Tampaknya ini (alien) hanya masalah kekristenan," aku dia.


Dalam Islam misalnya, kata Waltemathe, Nabi Muhammad adalah seorang utusan Allah, bukan penjelmaan Tuhan. Waltemathe pun menduga nabi bisa secara bersamaan mengunjungi planet lain untuk menyelamatkan spesies luar angkasa.


Sementara, katanya, umat Hindu sudah percaya pada banyak dewa. Sehingga, mengakomodasi banyak peradaban asing mungkin bukanlah hal yang sulit.


Konservatif


Terlepas dari kemungkinan-kemungkinan ilmiah itu, Thomas Hoffmann, pastor dari Oklahoma, mengatakan penemuan alien yang cerdas tidak akan menimbulkan krisis serius bagi agama Kristen.


"Agama pada dasarnya konservatif," kata dia kepada Space.com. "Anda dapat meletakkan hampir semua hal di wajahnya dan memang akan sedikit terguncang, [tapi] kemudian [semua hal itu] akan jatuh kembali. Kami sudah melihat ini terjadi sepanjang sejarah."


Untuk melihat apa dampak penemuan kecerdasan luar angkasa terhadap agama, Teolog Ted Peters dari Pacific Lutheran Theological Seminary, Berkeley, AS, dan rekan-rekannya menyurvei lebih dari 1.300 orang di seluruh dunia dari berbagai tradisi agama.


Yakni, Katolik Roma, Protestan evangelis, Protestan garis-utama, Kristen Ortodoks, Mormon, Yahudi, Budha, dan kelompok non-agama.


Mereka menemukan sebagian besar pemeluk agama sangat yakin bahwa mereka tidak akan mengalami keruntuhan iman di hadapan bukti kecerdasan luar angkasa.


Selain itu, kira-kira sepertiga orang beragama berpikir bahwa kepercayaan agama lain akan terancam, sementara dua pertiga orang yang tidak beragama berpikir bahwa alien akan mempengaruhi kepercayaan agama secara keseluruhan.


Sumber:


Space


CNN Indonesia

Comments