Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb

Pesawat angkut Y-20 China kemungkinan akan dikembangkan ke berbagai varian



China kemungkinan akan mengembangkan pesawat angkut militer strategis Y-20 yang telah berusia satu dekade ke dalam berbagai varian.


Varian baru yang akan dikembangkan dari pesawat ini seperti pesawat peringatan dini, pesawat komando dan kendali, pesawat perang elektronik jarak jauh, atau pesawat pembawa drone.




Selain itu, peningkatan mesin baru juga diharapkan akan memungkinkan Y-20 terbang lebih jauh dan membawa lebih banyak kargo dari versi yang sekarang.


Y-20 merayakan penggunaan yang ke-10 tahun pada hari Kamis, seperti diberitakan Global Times mengutip pernyataan AVIC (Aviation Industry Corporation of China).


Pesawat buatan Xi’an Aircraft ini terbang perdana pada 26 Januari 2013 dan mulai berdinas di Angkatan Udara PLA (PLAAF) pada 6 Juli 2016.


Selama 10 tahun terakhir, Y-20 yang sekelas dengan Boeing C-17 Globemaster III buatan Amerika Serikat ini ditugaskan untuk melaksanakan misi tidak hanya di Asia tetapi juga ke Eropa, Afrika, dan Oseania.


AVIC menyatakan, Y-20 dapat dikembangkan dengan menambah Panjang bodinya untuk memberikan ruang kargo yang lebih besar.


Sumber:


Global Times


China Military


Airspace Review


Defense Mirror


Baidu (via BiliBili)

Comments