Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb

Terjawab, prototipe KF-21 seri 005 tidak akan dikirimkan ke Indonesia

Prototipe jet tempur KF-21 ke-5 (seri 005) telah diperlihatkan selama kunjungan Presiden Yoon Suk-yeol ke fasilitas Korea Aerospace Industries (KAI) pada 24 November 2022 lalu.

Awalnya, KF-21 005 ini dimaksudkan untuk Indonesia, yang akan diserahkan kepada PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Bandung.

Namun, karena penundaan pembayaran Indonesia yang terus berlanjut untuk bagian program KF-X/IF-X, maka prototipe KF-21 005 tidak akan diserahkan ke Indonesia.

KF-21 005 ini kemungkinan akan digunakan oleh Angkatan Udara Republik Korea (RoKAF) untuk uji penerbangannya sendiri, seperti diberitakan oleh Blog Korea Defense.

Terjawab, ketika pada foto KF-21 005 itu tidak tampak gambar berdera Republik Indonesia dan spekulasi menyeruak di jagat maya.

Sebaliknya, Indonesia akan memenuhi syarat untuk menerima KF-21 005 ini bila telah menyelesaikan masalah keuangan dengan melakukan pembayaran penuh atas bagian dari program KF-X/IF-X.

Perihal tanggung jawab iuran proyek jet gen-4,5 ini, pada 1 November, Indonesia telah membayar sebagian dari biaya pengembangan KF-X/IF-X. Jumlahnya KRW 9,41 miliar atau setara 6,63 juta dolar AS, mengutip laporan Janes.

Sebelumnya, Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Korea Selatan telah mengatakan bahwa Indonesia akan berkomitmen kembali untuk mendanai 20% dari biaya pengembangan KF-21 hingga tahun 2026.

Struktur asli disepakati oleh Korea Selatan dan Indonesia pada tahun 2015. Dimana, kedua negara bersama-sama menginvestasikan KRW8,8 triliun (6,2 miliar dolar) untuk mengembangkan KF-21.

Pembayaran dijadwalkan akan dilakukan oleh Indonesia hingga tahun 2028, tetapi Jakarta sempat menghentikannya pada tahun 2019.

Dengan Indonesia membayar 20% dari biaya pengembangan, maka Indonesia akan mendapatkan akses ke teknologi, keahlian, dan opsi untuk membeli pesawat.

Dalam proyek pengembangan KF-21 ini, disepakati PTDI akan mendapatkan satu prototipe jet Boramae tersebut untuk keperluan uji dan penelitian.

Sumber:

Airspace Review

Janes (via Wayback Machine)

Defense Studies Blog

Comments