Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb...

Penampakan Unik, Balon Mata-Mata Cina Difoto Dari Kokpit U-2 Dragon Lady

Bersamaan dengan aktivitas balon mata-mata Cina di ruang udara Amerika Serikat, pesawat intai U-2 Dragon Lady pun telah eksis mengintai keberadaan High Altitude Balloon yang berada di ketinggian stratosfer. Bahkan sebelum F-22 Raptor beraksi dengan rudal AIM-9X Sidewinder, U-2 telah lebih dulu memantau dari ketinggian di atas balon mata-mata itu.

Yang menarik, situs dragonladytoday (21/2/2023), memposting foto yang terbilang menarik, yakni citra balon mata-mata Cina yang dijepret dari posisi atas oleh awak pesawat intai U-2. Dari foto tersebut, terlihat seorang pilot U-2 melihat ke bawah pada balon mata-mata Cina, bahkan terlihat bagian sayap dan bayangan pesawat (U-2) dari permukaan balon.

Saat ditembak oleh F-22 Raptor dengan AIM-9X Sidewinder, balon mata-mata Cina berada pada ketinggian 58.000 kaki (18.000 meter). Sementara U-2 Dragon Lady dari spesifikasi mampu terbang sampai ketinggian maksimum 70.000 kaki (21.000 meter), artinya bukan hal yang sulit bagi U-2 untuk mengintai dari posisi di atas balon tersebut.

U-2 Dragon Lady dengan kemampuan man-in-the-loop yang tak tertandingi di ketinggian, dalam hal ini kuat dugaan U-2 menggunakan sensor SYERS untuk mencitrakan balon, dan ASIP untuk menentukan apakah balon itu sedang ‘berkomunikasi’ atau tidak.

SYERS (SENIOR YEAR Electro-Optical Reconnaissance System), yakni sebuah sensor yang dipasang di U-2, dan menjadi satu-satunya sistem pengintaian real-time dual-band milik AS yang beroperasi. SYERS adalah sensor pencitraan elektro-optik untuk kondisi siang hari/cuaca cerah. Sensor panjang fokus panjang memberikan tampilan yang dalam, resolusi tinggi, citra near-real-time (NRT) ke unit tempur di permukaan.

Sementara ASIP (Airborne Signals Intelligence Payload) adalah sensor buatan Northrop Grumman. ASIP memberikan kemampuan intelijen sinyal yang ditingkatkan untuk kebutuhan militer. ASIP mendeteksi, mengidentifikasi dan menempatkan radar dan jenis sinyal komunikasi elektronik dan modern lainnya.

Atribut utama muatan ASIP adalah arsitektur terbuka dan dapat diskalakan yang memungkinkan pemutakhiran sistem di masa mendatang dapat ditambahkan dengan mudah dan sensor siap dikonfigurasi ulang untuk mendukung kebutuhan prajurit yang terus berkembang.

Program uji terbang ASIP pada U-2 dimulai dengan aktivitas kalibrasi sensor dan pesawat dan berlanjut ke uji terbang fungsional dan kinerja intelijen sinyal penuh. Sensor ASIP menyelesaikan uji terbang pada U-2 pada tahun 2007 dengan pengoperasian pada tahun 2008. Selain pada U-2, sensor ASIP juga dibenamkan pada drone Global Hawk.

Sumber:

Chris Pocock's Dragonlady Today

Indomiliter

Comments