Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb...

Pentagon Telah Mengidentifikasi Dua Penerbang Yang Tewas Dalam Kecelakaan Pesawat Di Afghanistan.


Dua orang pilot yang meninggal dalam kecelakaan pesawat militer AS di Afghanistan pada hari Senin lalu telah diidentifikasi, Departemen Pertahanan mengumumkan pada hari Rabu kemarin.

Letnan Kolonel Paul Voss, 46 tahun, dari Yigo, Guam, bertugas di Markas Komando Tempur Udara di Pangkalan Udara Gabungan Langley-Eustis (Joint Base Langley-Eustis), Virginia, dan Kapten Ryan Phaneuf, 30 tahun, dari Hudson, New Hampshire, bertugas di Skuadron Bom ke-37 (37th Bomb Squadron) di Pangkalan Angkatan Udara Ellsworth, South Dakota, kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.

Pentagon menambahkan bahwa dua penerbang tersebut ditugaskan untuk mendukung "Operation Freedom's Sentinel", sebuah sandi operasi militer resmi untuk misi AS di Afghanistan.

Dua orang tersebut tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat Bombardier E-11A di provinsi Ghazni, Afghanistan, menurut pernyataan tersebut. E-11A digunakan untuk menghubungkan pasukan di lapangan ke markas utama di front terdepan dan sebelumnya telah dijelaskan oleh pilot Angkatan Udara sebagai "WiFi langit."

Militer AS mengatakan pada Selasa bahwa dua mayat telah ditemukan dari tempat kecelakaan oleh pasukan AS, sekaligus menambahkan bahwa peralatan sensitif juga telah dinonaktifkan (dihancurkan) oleh personil militer yang telah tiba di lokasi.

Mengutip dari laman CNN, Seorang pejabat pertahanan sebelumnya mengatakan bahwa ada indikasi bahwa para kru telah membuat panggilan darurat, pertanda ada beberapa jenis masalah dengan pesawat, sebelum pesawat tersebut akhirnya jatuh.

Seorang juru bicara pasukan AS di Afghanistan mengatakan pada hari Senin bahwa "tidak ada indikasi" pesawat telah jatuh oleh tembakan musuh.

"E-11A Bombardier AS jatuh hari ini di provinsi Ghazni, Afghanistan. Sementara penyebab kecelakaan sedang diselidiki, tidak ada indikasi kecelakaan itu disebabkan oleh tembakan musuh. Kami akan memberikan informasi tambahan saat tersedia," Kolonel Sonny Leggett berkata dalam sebuah tweet .



"Taliban mengklaim bahwa pesawat tambahan yang jatuh adalah palsu," tambahnya.

Sumber:

CNN Politics

Original Foto Footage by:

DVIDS Hub

Comments