Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb...

Prancis Buka Suara soal Rencana Prabowo Beli 48 Jet Tempur.


Prancis angkat bicara terkait laporan yang menyebutkan Indonesia berniat membeli 48 jet tempur Rafale, empat kapal selam Scorpene, dan kapal perang korvet GoWind buatan mereka. 

Duta Besar Prancis di Jakarta, Olivier Chambard, menyambut baik rencana Indonesia untuk membeli puluhan alat utama sistem pertahanan (alutsista) itu. Menurut Chambard, hal lumrah bagi Indonesia untuk mengembangkan kapasitas militer dan pertahanan.

Rencana itu terungkap tak lama setelah kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ke Paris pada 11-13 Januari lalu.

"Indonesia tertarik untuk mengembangkan kapasitas militer dan itu adalah hal natural bagi Jenderal Prabowo bertemu dengan mitra-mitranya di luar negeri termasuk Prancis untuk melihat peluang kerja sama bahkan alutsista seperti apa yang cocok," kata Chambard mengutip dari wawancara bersama CNN Indonesia di kedutaan besar Prancis, Rabu (22/1).

Media lokal Prancis, La Tribune yang pertama kali mengungkap rencana Indonesia tersebut. 

Koran itu bahkan menuturkan lawatan Prabowo ke Paris kemarin adalah salah satunya untuk finalisasi pembelian puluhan alutsista tersebut meski pada akhirnya belum ada kepastian apa-apa.

Chambard mengatakan Prancis siap membantu Indonesia dalam mengembangkan kapasitas alutsista pertahanan. Kata dia, Prancis tak akan hanya menjual senjata ke Jakarta tapi juga saling bertukar teknologi.



Pesawat Omnirole Dassault Rafale.

Chambard menganggap selain memiliki sistem persenjataan yang canggih, suatu negara juga perlu memahami teknologi yang diterapkan alutsista yang mereka miliki.

"Banyak yang bisa kami tawarkan dan yang utama adalah mengenai transfer teknologi serta pembuatan senjata yang sebagian dilakukan di dalam negeri (Indonesia). Ini adalah pendekatan yang saya pikir diinginkan juga oleh pemerintah Indonesia dalam memperkuat kapasitas militernya," kata Chambard.

Meski demikian, Chambard menuturkan bahwa negosiasi antara Indonesia-Prancis terkait rencana itu baru penjajakan.

Ia menegaskan bahwa pembicaraan pejabat tingkat tinggi antara kedua negara masih tahap awal.

"Tentunya diskusi ini masih dalam tahap awal. Media berbicara tentang banyak hal. Sampai saat ini, belum ada yang final. Kami masih dalam tahap awal (penjajakan)," ucap Chambard.

Dalam sepuluh tahun terakhir, Prancis telah menjual alutsista senilai 1,36 miliar Euro ke Indonesia. Chambard mengatakan Indonesia-Prancis memang memiliki kerja sama pertahanan yang cukup erat terutama setelah kedua negara menjalin kemitraan strategis pada 2011 lalu.

Dalam lawatan ke Paris kemarin, Chambard mengungkapkan bahwa Prabowo dan Menhan Prancis Florence Parly sepakat memperkuat kerja sama pertahanan di masa datang.

Kedua menteri, kata dia, bahkan mendiskusikan lebih lanjut perihal perjanjian kerja sama pertahanan antara kedua negara. Perjanjian itu ditargetkan ditandatangani tahun ini.

"Perjanjian itu adalah kerangka kerja antara menteri pertahanan kedua negara agar bisa lebih erat dalam berkoordinasi dan berkomunikasi terkait kemungkinan latihan bersama atau mendiskusikan berbagai isu strategis yang menjadi fokus kedua negara termasuk penjualan alutsista," tutur Chambard.

"Saya pikir itu semua adalah hal yang penting dan kami bekerja keras dalam hal ini. Saya pikir ini adalah apa yang Indonesia mau dan butuhkan, dan kami siap menyediakannya," katanya menambahkan.

Tanggapan Menhan Prabowo.



Disisi lain, Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto enggan berbicara banyak mengenai laporan yang menyebutkan bahwa Indonesia berencana membeli 48 jet tempur, empat kapal perang, dan dua kapal perang korvet Prancis.

Selepas menghadiri rapat di komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin (20/1) sore, Prabowo hanya tertawa dan mengatakan bahwa pembelian puluhan alat utama sistem pertahanan (alutsista) itu adalah keinginan Prancis.

"Itu mungkin keinginan Prancis, itu bisa saja itu," ucap Prabowo di depan wartawan sambil berjalan ke arah mobil.

Namun, Prabowo mengaku bahwa Indonesia perlu meningkatkan kapasitas pertahanan dengan salah satunya memodernisasi alutsista. Langkah itu, paparnya, diperlukan agar Indonesia memiliki kemampuan untuk menegakkan kedaulatan wilayah, terutama setelah insiden pelanggaran wilayah oleh puluhan kapal ikan China di Natuna baru-baru ini.

"Kita tidak bisa serta merta punya pertahanan kuat, tentunya pemerintah harus memikirkan ini. Soal pelanggaran wilayah, termasuk di Natuna baru-baru ini, harus menjadi perhatian seluruh pihak," kata Prabowo.

Indonesia dilaporkan tertarik untuk membeli 48 jet tempur Dassault Rafale, empat kapal selam Scorpene, dan dua kapal korvet GoWind buatan Prancis. 

Minat Indonesia untuk membeli kapal selam Prancis disebut muncul setelah pemerintah dikabarkan berencana mengakhiri kontrak pembelian kapal selam dengan perusahaan Prancis Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) setelah menghadapi sejumlah masalah.




Scorpene-Class Submarine.

Hal itu diungkap surat kabar lokal La Tribune mengutip sumber Kementerian Pertahanan Prancis.

Dikutip FR24 News, lawatan Prabowo Subianto ke Paris pada 11 hingga 13 Januari lalu dilakukan salah satunya untuk merampungkan rencana pembelian puluhan alutsista itu.

Dalam lawatan ke Prancis baru-baru ini, Prabowo memang bertemu Menhan Florence Parly dan berdiskusi soal penguatan kerja sama pertahanan. Dalam pertemuan itu, Prabowo dan Parly sepakat memperkuat kerja sama pertahanan Indonesia-Prancis demi memajukan industri pertahanan Indonesia.

Prabowo juga mengunjungi sejumlah industri militer negara Eropa tersebut. Beberapa perusahaan yang dikunjungi Prabowo antara lain terdiri dari perusahaan pesawat tempur, kapal, radar, sistem avionik, hingga perusahaan amunisi.

Ia menganggap Prancis dapat menjadi mitra strategis dalam membantu Indonesia memperkuat alutsista TNI dan memajukan pengembangan industri pertahanan nasional.

Di sisi lain, Indonesia juga masih menggantungkan kontrak pembelian jet tempur Sukhoi Su-35 dengan Rusia. Indonesia sudah meneken kontrak pembelian 11 Su-35 dari Rusia sekitar Februari 2018 lalu.

Sekitar akhir 2018, sejumlah pihak menuturkan belasan Sukhoi siap mengangkasa di Indonesia pada 2019. Namun, hingga kini kontrak pembelian belasan pesawat itu tak kunjung jelas.

Sumber:

CNN Indonesia

CNN Internasional

Comments