Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb

US Navy, Boeing Berhasil Menghubungkan Growler Tanpa Awak.


Boeing dan Angkatan Laut AS berhasil menerbangkan dua Growler EA-18G yang dikendalikan secara mandiri di Pangkalan Udara Naval Patuxent River sebagai sistem udara tak berawak, menggunakan Growler ketiga sebagai pesawat kontrol misi untuk dua lainnya, menurut informasi dari media Boeing. 

Penerbangan yang dilakukan selama latihan eksperimen armada tahunan Komando Pembangunan Angkatan Laut (Navy Warfare Development Command), membuktikan efektivitas teknologi yang memungkinkan F / A-18 Super Hornets dan EA-18G Growlers untuk melakukan misi tempur dengan sistem tak berawak. 


"Demonstrasi ini memungkinkan Boeing dan Angkatan Laut berkesempatan untuk menganalisis data yang dikumpulkan dan memutuskan di mana akan melakukan investasi dalam teknologi masa depan," kata Tom Brandt, pemimpin demonstrasi unjuk kerja tak berawak Boeing. "Hal ini bisa memberikan sinergi dengan sistem tak berawak Angkatan Laut AS lainnya dalam pengembangan lintas spektrum dan dalam layanan lainnya." 

Selama empat penerbangan, 21 misi demonstrasi telah berhasil diselesaikan. 

"Teknologi ini memungkinkan Angkatan Laut untuk memperluas jangkauan sensor sambil menjaga pesawat berawak dari bahaya," kata Brandt. “Ini adalah pengganda kekuatan yang memungkinkan satu kru udara untuk mengendalikan beberapa pesawat lainnya tanpa beban kerja yang sangat meningkat. Ini memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan bertahan serta kesadaran situasional. ”

Sumber:

Boeing Mediaroom 

Seapower Magazine

Comments