Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb...

"Sudah Matang", Kemhan Terima Hibah Drone ScanEagle dari AS.


Komitmen Kementerian Pertahanan (Kemhan) untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bersama TNI tidak usah dibilang lagi. Untuk menjaga negara yang ini luas, perlu juga dibantu alat moderen pula.

Untuk apa? Untuk memperkuat alat utama sistem senjata (alutsista) TNI. Sebab, mereka lah yang selalu menjaga NKRI ini dari acaman pertahanan. Kebutuhan alutsista TNI sebagai sarana membantu para prajurit Indonesia. Kalau tidak ada alutsista, bisa kalah dong dengan negara lain dalam segi pertahanan.

Kementerian Pertahanan Kemhan melakukan rapat kerja dengan Komisi I DPR RI. Dalam rapat itu, Kemenhan meminta persetujuan soal hibah 14 unit drone ScanEagle dan upgrade tiga unit Helikopter Bell 412 dari pemerintah Amerika Serikat (AS).

Rapat itu menjadi bukti kematangan Kemhan untuk mengajukan persetujuan dalam mengembangkan alustsista kepada wakil rakyat. Karena, negara ini negara musyawarah. Itu juga suatu keseriusan Kemenhan bersama TNI untuk menjaga kedaulatan Indonesia.

TNI butuh alat perang yang moderen. Itu harus terealisasi, soal ajuan hibah 14 unit drone ScanEagle dan upgrade tiga unit Helikopter Bell 412 dari pemerintah Amerika Serikat (AS).

Melalui Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono dikutip tribunnews, sejak tahun 2014 sampai 2015 AS menawarkan program hibah (FMF) kepada TNI. Dari berbagai kajian, Kemhan akhirnya memutuskan untuk menikmati program hibah tersebut.

Jadi, Kemhan mengajukan itu sesuai ketentuan. Gak sembarangan dong, saya yakin ajuan itu sudah dibentuk tim pengkaji oleh Kemhan untuk melakukan penilaian apakah barang tersebut layak diterima dari aspek teknis, ekonomis, politis, dan strategis.

Sebagai informasi nih sob, Drone ScanEagle memiliki nilai US$28,3 juta. Sementara untuk upgrade peralatan Helikopter Bell 412 dengan nilai US$6,3 juta dibutuhkan TNI AL untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan meningkatkan kemampuan pertahanan negara.

Alutsista tersebut dibutuhkan TNI AL untuk meningkatkan kemampuan ISR maritim guna memperkuat pertahanan negara.

Di kawasan Asia Tenggara-Pasifik, drone ScanEagle sudah digunakan oleh Angkatan Laut Singapura. Pengguna lainnya adalah Angakan Laut dan Angkatan Darat Australia. Bahkan, ScanEagle milik Militer Australia telah teruji perang (battle proven) di Irak.

Aman Negara Ini Bersama Kemhan-TNI

Sumber:

Kompasiana

Comments