Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb

Konsep Pesawat Intai A-12 dengan Drone Pencegat QF-104 Starfighter



Jauh sebelum drone intai supersonik D-21, sebuah pesawat intai A-12 pernah digunakan untuk mengangkut QF-104 Starfighter, versi drone dari pencegat F-104 Starfighter.

Kisah bermula pada tahun 1962, awalnya ada dua tipe dari A-12 yang berhasil dibuat oleh biro desain Skunk Works untuk CIA. Namun akibat dari insiden Gary Powers yang jatuh pada tahun 1960-an, membuat para pejabat di CIA berpikiran bahwa menerbangkan pesawat super canggih di wilayah udara musuh tentunya sangat berisiko, apalagi dengan adanya peralatan canggih beserta pilotnya di dalam tentunya akan menimbulkan keuntungan secara teknologi bagi musuh beserta insiden politik yang memalukan jika tertembak. Jadi, para pejabat CIA yang terlibat dalam program OXCART kemudian meminta Kelly Johnson dan timnya untuk mempelajari drone yang dapat diluncurkan dari pesawat intai A-12 sebagai alternatif.

Pada tahun yang sama juga, Kelly Johnson telah menyelesaikan sebuah studi juga mengenai penggunaan drone target dari versi interceptor Starfighter, QF-104 sebagai drone yang nantinya akan dibawa pada platform pesawat intai A-12 nanti. Tidak banyak yang bisa dilakukan selain deskripsi sederhana dari ide tersebut, jadi tidak pasti bagaimana perubahan QF-104 jika dibandingkan dengan F-104 standar.

Bagaimanapun, sekilas desainnya terlihat sangatlah layak dan normal. Akan tetapi menggunakan pesawat pencegat yang mampu melesat hingga kecepatan Mach 2 dengan ketinggian 50.000 kaki (50,000 feet) sekelas F-104 Starfighter tentunya sangatlah sulit. Apalagi platform pesawat peluncurnya sendiri terbang di ketinggian dan kecepatan yang 50% lebih tinggi dari ketinggian atau kecepatan Starfighter. Belum lagi platform dronenya juga memakai F-104 Starfighter dari stok bekas USAF.

Ide tersebut tentunya sangatlah tidak mungkin, kecuali jika mesin turbojet J-79 punya Starfighter diganti dengan ramjet, dan desain aerodinamisnya maupun strukturnya dimodifikasi supaya QF-104 mampu terbang dalam kecepatan dan ketinggian yang lebih tinggi lagi.

Melihat dari permasalahan tersebut, CIA tidak tertarik dengan konsep A-12/QF-104 tadi, dan desain baru, AQ-12, ternyata menarik perhatian CIA.

Gambar dari drone target QF-104 Starfighter. Sebelum diganti ke drone intai D-21, QF-104 awalnya sempat direncanakan untuk digunakan sebagai platform intai yang nantinya akan diluncurkan lewat pesawat A-12.

Programnya kemudian dirubah. Dari yang awalnya melihat drone QF-104 diluncurkan dari punggung A-12, diganti jadi AQ-12 yang diluncurkan dari punggung A-12. Prefixnya kemudian diganti dari A-12 menjadi M-21, M untuk kata "Mother" alias "Ibu", dan "21" adalah kebalikan dari 12 supaya tidak bingung. Sementara AQ-12 dirubah menjadi D-21, D untuk "Daughter" alias "Anak Cewek".

Pada saat uji cobanya yang keempat, D-21 mengalami yang namanya "Assymetric Unstart" yaitu sebuah fenomena yang dimana hal ini membuat pesawat induknya, M-21, terangkat dan menabrak D-21 akibat ombak udara yang mengenai punggung M-21 saat dalam kecepatan Mach 3,25. Pilot dan Navigatornya, Bill Park dan Ray Torick meluncur dari M-21, tapi sayangnya pakaian Torick jebol dan terisi dengan air ketika dia mencebur ke dalam laut di tempat dimana dia tenggelam.

Setelah insiden, program peluncur M-21 dibatalkan tetapi para penguji beserta CIA masih yakin D-21 nantinya akan menjadi drone intai paling berguna dan memutuskan untuk meluncurkan drone dari platform pembom strategis B-52H dibawah program uji coba rahasia bernama Project Tagboard. Dan nama sandi dari program D-21 menjadi Senior Bowl.

Drone D-21 yang diangkut oleh pembom strategis B-52H Stratofortress, dalam sebuah program uji coba rahasia bernama "Senior Bowl".

Dibawah Senior Bowl, drone D-21 digunakan untuk terbang mengintai daratan utama China sebanyak empat kali. Tidak ada dari program ini yang berhasil dengan sukses, bahkan satu diantaranya telah jatuh di China. USAF kemudian membatalkan programnya pada tahun 1971 dan unit D-21 yang tersisa kemudian disimpan di gudang. Di sisi lainnya, satu unit D-21 yang jatuh di daratan China kemudian di rekayasa balik oleh PLAAF untuk dijadikan dasar dari drone intai WZ-8 di era sekarang.

Akibat dari jatuhnya salah satu drone D-21 di daratan China, Angkatan Udara Republik Rakyat China (PLAAF) mengambil sisa reruntuhannya dan kemudian direkayasa ulang untuk dijadikan dasar dari drone intai hipersonik WZ-8.

Sumber:

Lowther, Scott. 2021. "Origins and Evolution Lockheed SR-71 Blackbird". Morton Way, Horncastle, Inggris: Mortons Book.

Aerospace Projects Review

The Aviation Geek Club

Comments