Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb

"The First Man" dan Program Luar Angkasa Militer Amerika Serikat


Pada tanggal 15 Maret 1962, empat pilot uji coba USAF dan dua pilot uji coba NASA bergabung dalam sebuah program untuk mengembangkan sebuah pesawat luar angkasa yang nantinya akan digunakan untuk kepentingan militer. Satu dari diantara pilot uji tersebut, dari agensi NASA, ditugasi membuat beberapa prosedur pembatalan peluncuran jika roket peluncur di bawah pesawat luar angkasa ini meledak di landasan peluncuran.


Menurut keterangan pilot uji tersebut, dalam konfigurasi peluncuran, pilot akan berada hanya 100 kaki dari tanah di dalam pesawat luar angkasa yang hidungnya menghadap ke langit, yang berarti pilot berbaring telentang relatif terhadap tanah. hal tersebut adalah orientasi yang sangat buruk dengan sistem penyelamat. Melontar secara lateral dari ketinggian 100 kaki, membuat parasut tidak akan memiliki cukup waktu untuk terbuka sebelum pilot menyentuh tanah.


Karena pesawat luar angkasa tersebut belum siap, sang pilot uji NASA tersebut kemudian menyimulasikan sistem pembatalan ini dengan sebuah pesawat tempur F-5D Skylancer yang dimodifikasi untuk menyerupai pesawat luar angkasa militer tersebut. Sang pilot uji kemudian mengukur tinggi dan lebar "launch pad (tempat peluncuran roket)" dari Cape Canaveral dan menyamakannya dengan ketinggian terbang dari pesawat uji ini.


Dalam simulasinya, sang pilot uji kemudian menaikkan pesawatnya ke atas hingga ketinggian 7000 sampai 8000 kaki dalam gaya sekitar 5G dan dalam keadaan vertikal. Sang pilot kemudian "menggulung" pesawat uji tersebut keatas hingga stall dan meluncur di udara sebelum pada akhirnya mendarat dengan mulus di landasan.


Manuver tersebut adalah manuver yang sulit dan sangat berbahaya, sampai sang pilot uji tersebut mengatakan bahwa dirinya sangat bersyukur tidak menguji cobanya pada pesawat luar angkasa yang aslinya.


Pesawat tempur F-5D Skylancer yang digunakan untuk menguji coba contoh pesawat luar angkasa militer tersebut. 

Pada tahun 1963, pesawat luar angkasa tersebut akhirnya dibatalkan karena tidak adanya tujuan program yang jelas, pendanaannya yang mahal dan persaingan dengan institusi militer maupun sipil lainnya seperti NASA. Dan 3 tahun setelah program tersebut dibatalkan, sang pilot uji kemudian terbang ke bulan sebagai manusia yang berhasil mendarat di bulan untuk yang pertama kali.


Pesawat luar angkasa tersebut adalah X-20, sebuah pesawat luar angkasa yang digadang-gadang akan menjadi kendaraan revolusioner dalam program luar angkasa militer dalam menghadapi ancaman Uni Soviet.


Sebuah Ilustrasi dari X-20 Dyna-Soar. Pada tahun 1963, X-20 Dyna-Soar dibatalkan karena tujuan programnya yang kurang jelas, pembiayaannya yang mahal sekaligus persaingan dengan lembaga luar angkasa sipil lainnya seperti NASA.

Dan sang pilot uji dari NASA tersebut adalah Neil Armstrong, orang yang sama yang telah berhasil menginjakan kakinya pertama kali di bulan bersama dengan Buzz Aldrin. Neil sempat bergabung dalam program X-20 sebagai seorang konsultan bersama dengan keenam pilot uji lainnya dari USAF untuk menguji pengembangan dari X-20. Pada pertengahan 1962, Neil Arsmtrong keluar dari program X-20 dan bergabung kembali ke NASA dalam program Gemini sebelum akhirnya dia terpilih kembali dalam program Apollo.


Sumber:


Teitel, Amy Shira. "The space plane that wasn't: everything you never needed to know about Dyna-Soar". Vintage Space Popular Science. Diakses pada tanggal, 10 Maret 2021.


NASA


Rahman, Hafidz. "Boeing X-20 Dyna-Soar". Aerosims Blogger. Diakses pada tanggal, 11 Maret 2021.


Facebook

Comments