Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb...

BOEING X-20 Dyna-Soar (Dynamic Soaring)

clip_image002


Ilustrasi dari X-20 Dyna-Soar yang sedang meluncur di Luar Angkasa


Jauh sebelum terciptanya pesawat ulang-alik dan guna menghadapi tantangan Uni-Soviet dalam Perlombaan luar angkasa, USAF mempunyai terobosan ide mengenai penerbangan luar angkasa berawak. Berbeda dengan kendaraan luar angkasa sejenis seperti Vostok atau Gemini yang berbasis kapsul luar angkasa yang kembali menggunakan platform Ballistic Re-Entry, X-20 sendiri malah berbentuk seperti pesawat luar angkasa.


clip_image004

Impresi artist yang menggambarkan X-20 setelah uji coba penerbangan. Terlihat B-52 sedang terbang melintas diatas dengan sesosok astronot Bill Dana sebagai latarnya. Meskipun foto ini sebenarnya adalah hasil editan dari uji coba pesawat riset HL-10.


A.) Latar Belakang

Setelah Perang Dunia 2 berakhir, banyak para Ilmuwan Jerman yang dibawa ke Amerika Serikat oleh OSS melalui program “Operation Paperclip”. Salah satunya adalah Dr. Walter Dornberger, kepala bagian dari program peroketan Nazi Jerman selama PD2, yang diketahui ia memiliki isi detail dari proyek Silbervogel atau Silverbird yaitu, proyek dari pesawat pengebom orbital yang diprakarsai oleh Eugene Sanger.


clip_image006

Dr. Walter Dornberger, seorang Brigadir Jenderal Wehrmacht, Kepala Bagian dari program peroketan Nazi Jerman dan sekaligus teman baik dari Wernher Von Braun ini diketahui memiliki isi detail dari Program Silbervogel atau Silverbird milik Eugene Sanger.


Bekerja untuk Bell, ia kemudian menciptakan sutau terobosan ide mengenai Boost-Glide System di USAF dan di beberapa perusahaan lainnya. Hasil dari Boost-Glide System ini, USAF akhirnya tertarik dan meminta hasil desain yang dibawa oleh Bell, Boeing, Convair, Douglas, Martin, North American, Republic dan Lockheed untuk pembuatan kendaraan berbasis Boost-Glide ini selama tahun 1950.

Untuk desain dan kriteria sendiri, ada beberapa desain dan kriteria yang diajukan oleh beberapa perusahaan mengenai kendaraan Boost-Glide System yaitu, sebagai berikut:
A.) BOMI (Bomber Missiles)
B.) HYWARDS (HYpersonic Weapons Researchs and Developtment Supporting Systems)
C.) The Brass Bell Reconaissance Vehicle
D.) RoBo (Rocket Bomber)


clip_image007

Jenis-jenis pesawat Boost-Glide AS tahun 1950-an. Dari kiri ke kanan: , Bomi, Robo versi single dan parallel booster, Boeing Dynasoar dengan Titan I dan Titan II boosters


Pengembangan dari progam Dyna-Soar sendiri sebenarnya, mengacu pada proyek pembom Silbervogel atau Silverbird yang dibuat pada Perang Dunia 2. Konsep dari pembom bertenaga roket yang dapat terbang sangat jauh dan meluncur pada targetnyasetelah terbang menanjak ke kecepatan tinggi (sekitar >5,5km) dan ketinggian tinggi sekitar 50-150km, dengan dibantu oleh roket A-4 dan A-9.


clip_image009

Sebuah Ilustrasi yang menggambarkan tentang pembom Silverbird yang sedang melayang di Luar Angkasa. Pesawat ini dikemudian hari menjadi inspirasi USAF untuk membuat program X-20 Dyna-Soar


· Lifting Re-Entry Method

Mirip seperti prinsip kerja pada modul luar angkasa yang lain, sebuah roket digunakan untuk meluncurkan pesawat ini. Roket yang berbasis Intercontinental Ballistic Missiles ini nantinya akan melepaskan modulnya dan terakhir pesawat akan melepaskan diri menuju Exoatmosfer dan jatuh.
Ketika pesawatmulai memasuki atmosfer, malah benar-benar terselubungi atmosfer, mempercepat kecepatannya dan jatuh, X-20 akan menggunakan daya angkat dari sayapnya untuk langsung menaikan sudut meluncurnya ke atas sementara pesawat memasuki proses “mempercepat kecepatannya”.

Dengan kata lain, pesawat akan memantul kembali ke luar angkasa lagi. Penggunaan Hypersonic Atmospheric Lift mengartikan bahwa, pesawat dapat melebarkan jaraknya secara luas setelah lintasan ballistik menggunakan mesin yang sama.

Selain itu, Boost-Glide System dapat menyerang target potensial diseluruh dunia (biasa disebut “Antipodal Bomber”) saat berkecepatan hypersonik, sangat sulit untuk dicegat, dan pesawatnya sendiri berukuran kecil dan bersenjata ringan, berbanding terbalik dengan tipikal pesawat Heavy Bomber. Sebagai tambahan, pesawat Boost-Glide System sendiri dapat dirubah menjadi pesawat pembom berawak atau sebagai missile tak berawak yang tidak bisa diperbaiki dan sekali pakai.


clip_image010

Gambaran artis yang menggambarkan X-20 sedang memasuki tahap Re-Entry.



B.) Desain dan Pengembangan


clip_image012

Mock-up atau miniatur dengan skala asli dari X-20 Dyna-Soar yang dipajang oleh Boeing

Pada tanggal 10 Oktober 1957, markas besar ARDC (USAF Air Research and Developtment Command) mempelajari HYWARDS, Brass Bell dan RoBo secara bersamaan dan menyingkat tiga kriteria tadi menjadi rencana pengenmbangan System 464L, Dynasoar. Proposalnya dibuat bersamaan dengan proposal mengenai Boost-Glide System.

USAF percaya bahwa satu pesawat mampu membawa misi pengeboman dan pengintaian. Bertindak sebagai suksesor dalam riset program X-15, USAF akan membagi program Dyna-Soar sendiri dalam tiga tahap:
1.) Pesawat Riset (Dyna-Soar I)
2.) Dyna-Soar II
Versi ini rencananya akan digunakan untuk pesawat mata-mata dan hasil dari perombakan desain Brass-Bell
3.) Dyna-Soar III
Versi ini direncanakan akan mempunyai kapabilitas sebagai pembom strategis dan hasil perombakan dari Robot Bomber (RoBo)

Penerbangan layang perdana dari pesawat ini direncanakan akan diluncurkan di tahun 1963, disusul oleh penerbangan bermesin yang mencapai Mach 18 di tahun selanjutnya. Rudal seluncur robot atau RoBo sendiri akan diluncurkan pada tahun 1974.

Pada bulan Maret 1958, sembilan perusahaan pesawat AS akan dipilih untuk menjadi tender dari kontrak Dyna-Soar. Diantara proposal yang diajukan oleh kesembilan perusahaan pesawat ini, pandangan tertuju pada proposal yang dibuat oleh Bell dan Boeing. Meskipun Bell yang telah berusaha keras dalam mempelajari desain pesawat ini selama 6 tahun, tetapi pada akhirnya kontrak dalam pembuatan Spaceplanenya sendiri jatuh kepada Boeing pada bulan Juni 1959. Yang dikemudian hari diketahui jika telah Boeing merombak desain originalnya dan hampir mirip seperti desain yang diajukan Bell.

Pada akhir tahun 1961, Titan III akhirnya terpilih sebagai Roket Peluncur (Boosters) yang digunakan untuk meluncurkan Dyna-Soar. Dyna-Soar sendiri rencananya akan diluncurkan dari Cape Canaveral Air Force Station, Florida.


clip_image014

Gambaran artis tentang X-20 Dyna-Soar yang sedang diluncurkan di Cape Canaveral, Florida dengan menggunakan Roket Titan sebagai peluncurnya, terlihat tail fins yang lebar diaplikasikan pada modul pertama roket Titan


C.) Desain


clip_image016

Impresi artist yang menggambarkan X-20 Dyna-Soar yang tengah mendarat menuju pangkalan Edwards Air Force Base


Dari keseluruhan desain X-20 Dyna-Soar yang dirilis pada bulan Maret 1960, X-20 sendiri memiliki bentuk Low-Wing Delta dengan Winglets untuk kontrol daripada ekor pesawat konvensional. Frameworks X-20 sendiri terbuat dari bahan Rene 41 Super Alloy untuk bagian permukaan panel atas, untuk bagian permukaan panel bawah pesawat, bahannya terbuat dari lembar Molidbenum yang terisolasi dari Rene 41. Sementara untuk bagian dari Nose-cone terbuat dari Grafit dan batang Zirconia.

Karena persyaratan berubah, berbagai versi Dyna-Soar dirancang. Semua varian memiliki bentuk dan tata letak dasar yang sama. Seorang pilot tunggal akan duduk di bagian depan, dengan Equipment Bay yang di letakan di belakang. Kompartemen ini berisi peralatan pengumpul data, persenjataan, peralatan mata-mata, atau dalam varian X-20X “Shuttle Space Vehicle” berisi 4 tempat duduk yang cukup ditempati oleh 4 orang.


clip_image017

Gambar desain dari X-20X “Shuttle Space Vehicle” yang memiliki 4 tempat duduk yang cukup untuk mengangkut 4 orang astronot.


Sebuah Transtage yang diletakan di belakang Equipment Bay, akan membuat pesawat bermanuver di orbit atau proses pembakaran selama peluncuran sebagai bagian dari tahap Abort SequenceTranstage ini juga akan dilepaskan sebelum pesawat turun memasuki orbit. Ketika pesawat mulai memasuki atmosfer, sebuah Heat Shield buram yang terbuat dari Refractory Metal alias, logam tahan api ini akan melindungi jendela kokpit yang terletak di bagian depan pesawat. Heat Shield ini akan dilepas setelah tahap Aerobraking, jadi sang pilot mampu melihat dan dapat mendarat dengan selamat.

Sebuah gambar yang diterbitkan oleh majalah Space/Aeronautics seblum dibatalkannya proyek X-20 Dyna-Soar, menggambarkan X-20 Dyna-Soar yang sedang menyelam ke bawah atmosfer lalu meluncur ke permukaan atmosfer untuk merubah kemiringan orbitalnya. X-20 akan menembakkan roketnya untuk melanjutkan orbit.

X-20 nantinya, akan memiliki kemampuan unik untuk sebuah kendaraan luar angkasa, menurut hukum Mekanika Astronomi menyatakan bahwa:
“Diperlukan pengeluaran energi yang sangat besar untuk sebuah roket untuk mengubah kecenderungan orbital ketika mulai mencapai orbit....”

Oleh karena itu, Dyna-Soar yang memilki kapasitas militer bisa diluncurkan ke dalam satu orbit dan mendekat ke satelit. Bahkan, jika targetnya adalah untuk mengeluarkan propellannya dalam mengubah orbitnya, gaya akselerasi pada pilot akan sangat hebat dalam manuver tersebut.
Tidak seperti Pesawat Ulang-Alik, X-20 Dyna-Soar tidak memiliki roda pada bagian Tricycle Undercarriage nya. Seperti yang kita ketahui, diperlukan kompartemen yang dingin untuk meletakan semua ban karetatau mereka semua akan terbakar selama proses Re-Entry. Karena alasan tersebut, akhirnya Goodyear mengembangkan Retractable Wire-Brush Skids yang terbuat dari bahan yang sama seperti Airframenya yaitu Rene 41 Superalloy.


clip_image019

Ilustrasi dari X-20 Dyna-Soar yang sedang mendarat pada sebuah landasan pacu. Terlihat Retractable Wire-Brush Skids diaplikasikan pada X-20 Dyna-Soar sebagai pengganti dari roda pendarat yang notabene akan terbakar selama proses Re-Entry jika tidak memiliki kompartemen ban yang khusus.


D.) Sejarah Operasional


clip_image021


Gambar mock up dari X-20 Dyna-Soar yang dipajang oleh Boeing


Pada bulan April 1960, tujuh Astronot diplih secara rahasia untuk mengikuti program Dyna-Soar. Ketujuh nama dari Astronot tersebut antara lain:

1.) Neil Armstrong (1930-2012; NASA)
1960-1962

clip_image023


2.) William H. “Bill” Dana (1930-2014; NASA)
1960-1962

clip_image025


3.) Henry C. Gordon (1925-1996; USAF)
1960-1963

clip_image027


4.) Wiliam “Pete” Knight (1929-2004; USAF)
1960-1963

clip_image029


5.) Russel L. Roggers (1928-1967; USAF)
1960-1963

clip_image031


6.) Milton O. Thompson (1926-1993; NASA)
1960-1963

clip_image033


7.) James W. Wood (1924-1990; USAF)
1960-1963

clip_image035


Neil Armstrong dan Bill Dana keluar dari program pada pertengahan tahun 1962. Dan kemudian diketahui jika Neil Armstrong kemudian masuk ke Program Apollo pada bulan Juni 1962. Sementara itu Bill Dana kemudian masuk ke dalam Program Lifting Body Aircraft.


clip_image037

clip_image038

Neil Armstrong dan Bill Dana keluar dari program dua tahun kemudian ketika program Dyna-Soar sedang di gelar.


Pada tanggal 19 September 1962, Albert Crews terpilih ke dalam Program Dyna-Soar dan nama dari ke enam Astronot Dyna-Soar yang tersisa kemudian diumumkan ke publik.


clip_image040

Albert H. Crews Jr. Akhirnya terpilih kedalam Program Dyna-Soar pada bulan September 1962 dan ke enam nama resmi dari Astronot yang tersisa akhirnya diumumkan ke publik


Pada akhir tahun 1962, Dyna-Soar telah di desainasi menjadi “X-20”, peluncurnya (untuk digunakan dalam Drop-Test Dyna-Soar I) berhasil di uji coba. Dan untuk memperingati keberhasilan uji coba tersebut, USAF mengadakan upacara “Pembukaan” untuk X-20 di Las Vegas.
Honeywell Corporation Minnesota, telah menyelesaikan test penerbangan pada Inertia Guidance Sub-Systems untuk Proyek X-20 di Eglin Air Force Base, Florida dengan memodifikasi pesawat tempur NF-101 Voodoo pada bulan Agustus 1963.

Boeing B-52C-40-BO Stratofortress dengan nomor serial, 50-0399 kemudian terpilih dalam program dan ditugaskan untuk penerjunan X-20, sama seperti profil peluncuran X-15. Ketika X-20 dibatalkan, pesawat ini kemudian digunakan untuk uji coba penerjunan lain termasuk uji coba kapsul penyelamat B-1A.


clip_image042

clip_image044

Kedua Ilustrasi dari B-52C-40-BO Stratofortress yang sedang membawa X-20 Dyna-Soar dalam suatu uji coba peluncuran. Rencananya, pesawat pembom ini akan digunakan dalam uji coba peluncuran layang dan peluncuran bermesin di tahun 1963. Meskipun pada akhirnya pesawat ini digunakan dalam uji coba peluncuran kapsul penyelamat B-1A pasca dibatalkannya Program Dyna-Soar.


Selain itu, F-5D Skylancer dengan kode nama NASA 802, digunakan untuk simulasi Abort Procedures dari X-20 Dyna-Soar, dikarenakan memiliki bentuk sayap dan karakteristik pengendalian yang sama. Mengikuti pembatalan dari proyek Dyna-Soar, pesawat ini lalu digunakan sebagai Chase Plane dan beberapa program lain sampai dipensiunkan di tahun 1970.


clip_image046

F-5D Skylancer dengan kode nama NASA 802 ketika sedang terbang.


· Talons Shuttle Trainer Proposals


Pada tanggal 22 Mei 1958, lebih tepatnya dua bulan setelah Dyna-Soar terpilih secara resmi. Northrop, mengajukan sebuah proposal “Aerospace Trainer” yaitu varian “Ulang-Alik” dari T-38 Talon, dengan alasan bahwa, USAF akan memerlukan sebuah kendaraan yang handal dan murah untuk melatih para Pilot-Astronot tentang bagaimana cara beroperasi pada ketinggian Near Space Environments atau Lingkungan yang ”Hampir” Mendekati Luar Angkasa.
Diberi desainasi sendiri dengan nama N-205, pesawat tersebut diproyeksikan hanya memerlukan sekitar 25% dari struktur dasar T-38A untuk membuat pesawat mampu melakukan sebuah misi seperti yang diajukan.
Ditenagai dengan mesin Rocketdyne AR-4 Rocket Motors yang ditempatkan di antara dua mesin General Electric J85-GE-5 Turbojet. Sebuah roket akan menghasilkan tenaga dengan total 33.000 lbs. Pada kecepatan permukaan laut, Peswat ini menggunakan campuran bahan bakar dari 90% Hydrogen Peroxida dan 10% JP-5.

Didesain untuk meluncur secara vertikal pada Angle-Of-Attack 80o dari platform Rail-Guided kecil, N-205 mampu mencapai Mach 3,2 selama 90 detik melesat menuju 90.000 kaki dan meluncur ke Apogee sekitar 200.000 kaki dalam lintasan balistik sebelum kembali. Bahan bakar Hidrogen Proxida mereaksikan Jet Nozzles di hidung pesawat, fuselage dan wing tips mendapatkan kontrol ketinggian luar angkasa.

Proses Reentering pada Mach 2,6 selama penerbangan ke bawah, N-205 kemudian meratakan sudut kemiringan pada kecepatan Mach 1,6 sebelum memasuki landasan pacu pada kecepatan Touch-Down yang sangat rendah dari standar T-38A. Ada juga pilihan gaya dorong motor roket sekitar 1.000 lb, sebagai “bantuan” keselamatan yang ditambahkan selama fase penerbangan.
Sayangnya untuk Northrop, USAF tidak mengambil reaksi apapun dari point ini, terlepas dari studi selanjutnya oleh perusahaan ini yang dikeluarkan pada tanggal 28 Agustus 1958 yang kembali menggembar-gemborkan keunggulan dari Pesawat Aerospace Trainer.


clip_image048

Satu hari setelah X-20 Dyna-Soar terpilih dalam kontrak, Northrop mengajukan sebuah proposal untuk membuat sebuah pesawat ulang-alik versi latih. Dengan menggunakan bentuk basis dari pesawat latih T-38A Talon, rencananya pesawat ini akan digunakan untuk melatih para pilot-astronot termasuk ke tujuh para astronot program Dyna-Soar, sebelum ditransisikan ke X-20 Dyna-Soar. Tidak adanya reaksi dari USAF tentang proposal ini dan persaingan tender dengan Lockheed NF-104 Starfighter dalam proyek pengembangan pesawat latih luar angkasa, membuat proyek pesawat ini akhirnya dibatalkan bersamaan dengan dibatalkannya program Dyna-Soar.


E.) Permasalahan


clip_image050

Gambar dari mock-up X-20 Dyna-Soar yang sedang disetel ulang sebelum dipajang.


Selain masalah pendanaan yang terkadang menyertai upaya penelitian, program Dyna-Soar ternyata mengalami dua masalah utama:
1.) Ketidakpastian atas Booster apa yang akan digunakan untuk mengirim pesawat ke orbit.
2.) Kurangnya tujuan yang jelas untuk proyek tersebut.

Banyak sekali Booster yang diproposalkan untuk meluncurkan Dyna-Soar menuju orbit. Proposal asli USAF menyarankan LOX/JP-4, Fluorine-Ammonia, Fluorine-Hydrazine atau RMI Engines. Boeing, sang kontraktor utama, lebih memilih kombiansi mesin Atlas-Centaur.
Akhirnya, pada bulan November 1959, USAF menetapkan Titan sebagai peluncurnya, seperti yang disarankan oleh oleh kompetitor yang gagal Martin, tetapi Titan I tidak cukup kuat untuk meluncurkan lima ton X-20 menuju orbit.

Booster Titan II dan Titan III mampu meluncurkan Dyna-Soar ke Orbit, sama seperti Saturn C-1 (kemudian diganti menjadi Saturn I), dan semua variasi Upper-Stage di kombinasi sesuai yang telah diproposalkan. Sementara itu, roket Titan IIIC akhirnya baru dipilih pada bulan Desember 1961 untuk mengirim Dyna-Soar ke luar angkasa.


clip_image052

Gambar dari Booster Rocket Titan Series yang rencananya akan digunakan untuk meluncurkan Dyna-Soar ke Orbit. Setelah melalui persayaratan yang panjang akhirnya USAF memutuskan untuk memilih Roket Titan III sebagai peluncurnya atas dasar saran dari kompetitor yang gagal dalam program Dyna-Soar yaitu, Martin.


Kegoyahan pada sistem peluncuran, membuat proyek X-20 tertunda karena perencanaan yang rumit.
Tujuan asli dalam program Dyna-Soar telah diuraikan dalam proposal sistem senjata 464L yang menyatakan:

“Sebuah proyek yang menggabungkan Penelitian Aeronautika dengan Pengembangan Sistem Persenjataan.”

Banyak yang mempertanyakan apakah USAF harus memiliki program luar angkasa berawak??? Ketika domain utama dalam pengembangan program luar angkasa berawak dipegang oleh NASA.
Hal ini telah ditekankan oleh USAF sebelumnya bahwa, tidak seperti program NASA, Dyna-Soar diperbolehkan untuk pengendalian Re-Entry, dan ini adalah upaya utama dimana program X-20 ditempatkan.

Pada tanggal 19 Januari 1963, Menteri Pertahanan, Robert McNamara, diarahkan oleh Angkatan Udara AS untuk melakukan studi dalam menentukan apakah Dyna-Soar atau Gemini dalam pendekatan yang lebih layak untuk sistem persenjataan berbasis luar angkasa.
Pada pertengahan Maret 1963, setelah menerima banyak penelitian, Menhan McNamara menyatakan bahwa:

“Angkatan Udara telah menempatkan terlalu banyak penekanan pada pengendalian Re-Entry ketika tidak memiliki tujuan yang nyata untuk penerbangan orbital....”

Hal ini dipandang sebagai “Pembalikan Posisi” dari pernyataan Menhan yang sebelumnya mengenai program Dyna-Soar. Dyna-Soar juga program mahal yang tidak akan mampu meluncurkan misi berawak hingga pertengahan awal tahun 1960-an.

Akibat dari biayanya yang sangat tinggi dan utilitasnya yang dipertanyakan, membuat USAF sulit untuk membenarkan program Dyna-Soar tersebut. Akhirnya, program X-20 Dyna-Soar dibatalkan pada tanggal 10 Desember 1963.

Satu hari yang sama saat dibatalkannya program X-20, USAF mengumumkan program lain yang disebut, Manned Orbital Laboratory (MOL), sebuah spin-off dari program Gemini. Program ini juga pada akhirnya dibatalkan. Program hitam lain yaitu, ISINGLASS, yang rencananya akan diluncurkan lewat udara melalui pembom B-52. Meskipun telah di Evaluasi dan beberapa pekerjaan mesin telah selesai, tetapi pada akhirnya program ini juga tetap dibatalkan.


clip_image054

Foto dari Menteri Pertahanan, Robert McNamara.
Setelah menerima berbagai penelitian mengenai X-20 Dyna-Soar atau Gemini sebagai kendaraan berbasis luar angkasa yang layak digunakan sebagai sistem perrsenjataan, Menhan McNamara menyatakan jika USAF terlalu berlebihan dalam pengembangan misi luar angkasa berawak dan menganggap Dyna-Soar sebagai program yang tidak memiliki tujuan yang nyata dalam penerbangan orbital, disamping biayanya yang mahal dan utilitasnya yang dipertanyakan.


F.) Legalitas dan Pengembagan Studi Lain Pasca Dibatalkannya Program.

Meskipun program X-20 dibatalkan, tetapi ada beberapa program pengembangan pesawat luar angkasa yang berafiliasi juga, memiliki pengaruh yang lebih besar dalam pengembangan pesawat ulang-alik. Bahkan, desain akhirnya juga menggunakan konfigurasi sayap Delta untuk Pengendalian Pendaratannya alias Controlled Landings.

Dan kemudian hari, desain pesawat luar angkasa milik Uni Soviet yang lebih kecil yaitu, BOR-4, juga memiliki “Filosofi Desain” yang mendekati X-20 Dyna-Soar. Sementara itu, pesawat riset NASA; Martin X-23 PRIME, dan Martin Marietta X-24A/HL-10 juga mengeksplorasi aspek dari sub-orbital dan penerbangan luar angkasa.

ESA (European Space Agency) memproposalkan kendaraan luar angkasa, Hermes, yang desainnya sama-sama mengambil desain dari Dyna-Soar tetapi, diperluas skalanya

G.) Spesifikasi


clip_image056

Gambar diagram dari X-20 Dyna-Soar


1.) Karakteristik Umum

· Kru : Satu Orang Pilot
· Panjang : 35 ft 4 in (10,77 m)
· Lebar Sayap : 20 ft 10 in (6,34 m)
· Tinggi : 8 ft 6 in (2,59 m)
· Area Sayap : 345 ft2 (32 m2)
· Berat Kosong : 10.395 lb (5.165 kg)
· MTOW/Berat Lepas Landas Max. : 11.387 lb (5.165 kg)
· Powerplant : 1x Transtage Rocket Engine, 72.000 lbf (323 kN)

2.) Performa

· Maximum Speed : 17.500 mph (28.165 km/h)
· Range/Jarak : Orbit Bumi 22.000 mil laut (40.700 km)
· Service Ceiling : 530.000 ft (160 km)
· Rate of Climb : 100.000 ft/min (510 m/s)
· Wing Loading : 33 lb/ft2 (161 kg/m2)


H.) Popular Culture (Budaya Populer)


· Pada tahun 1959, dalam serial yang berjudul Twilight Zone pada Season 1 yang memiliki Episode yang berjudul “And When The Sky Was Opened”, mengacu pada pesawat luar angkasa yang disebut X-20 yang memiliki profil serupa tetapi mampu membawa tiga orang awak.



gambar siluet dari X-20 Dyna-Soar versi mini seri Anthology, Scifi-Horror "The Twilight Zone". Dalam mini-seri tersebut diceritakan, X-20 sedang membawa tiga awak astronot ke luar angkasa pada ketinggian 9000 mil sebelum ketiga awak astronot dan pesawatnya sendiri hilang dari radar dan jatuh di sebuah gurun.


· Pada tahun 1963, dalam sebuah cerpen karya John Berryman yang berjudul “The Trouble With Telstar” menggambarkan X-20 Dyna-Soar yang tengah digunakan untuk mengintersepsi komunikasi Satelit untuk diperbaiki.

· Dalam film drama Hollywood tahun 1969 yang berjudul Marooned, menggambarkan sebuah pesawat yang agak menyerupai Dyna-Soar (disebut X-RV untuk, eXperimental Rescue Vehicle) yang tengah dikerahkan untuk menyelamatkan para Astronot yang tengah terjebak dalam modul perintah Apollo yang sedang lumpuh.

· Dalam game simulasi penerbangan luar angkasa gratis, Orbiter, Dyna-Soar muncul dalam salah satu mission addons di dalam game tersebut dan bisa di download lewat situs fansite resminya.


clip_image058

clip_image060

Gambar X-20 Dyna-Soar versi addons dari game simulasi penerbangan luar angkasa, Orbiter. Terlihat, Dyna-Soar yang sedang mempersiapkan alat persenjataanya yaitu Dynacam dan Moose yang merupakan salah satu fitur yang ditambahkan di dalam game tersebut.


I.) Galery dan Foto


clip_image062

Ilustrasi X-20 Dyna-Soar versi Boeing Aircraft


clip_image064


Foto dari X-20 Dyna-Soar versi Mock-Up


clip_image065


Foto dari X-20 Dyna-Soar versi Wind Tunnel-Model sebelum di uji cobakan di fasilitas terowongan angin.


clip_image067


Gambar blueprint dari X-20 Dyna-Soar dengan Roket Titan III. Terlihat, teknologi Thrust Vectoring diadopsikan pada Roket Titan III.


clip_image068


clip_image069


clip_image070


clip_image071


Varian dari X-20A Dyna-Soar.


clip_image017[1]


dari X-20X “Shuttle Space Vehicle” yang dilengkapi dengan kompartemen yang cukup ditempati oleh 4 orang kru


clip_image072


Ilustrasi dari kokpit X-20 Dynasoar.


clip_image073


Ilustrasi dari X-20 Dyna-Soar yang dalam masuk tahap Re-Entry.


clip_image074


Dyna-Soar in Orbit.


clip_image075


Ilustrasi dari X-20 Dyna-Soar dan Roket Titan I ketika sedang meluncur.


clip_image076


Ilustrasi dari X-20 Dyna-Soar yang tengah dalam proses pelepasan modul dari Titan I.


clip_image077


Ilustrasi dari Dyna-Soar dengan Roket Saturn I.


clip_image078


X-20 Launch Vehicles
SLV-4 / X-20 Launch Vehicles – dari kiri, Titan I, Titan C, Saturn I, Titan 3, Phoneix (SLS A-388)


clip_image079


Ilustrasi konsep awal dari program Dyna-Soar.


clip_image080


Ilustrasi dari X-20 Dyna-Soar saat matahari terbit.


clip_image081


Ilustrasi dari X-20 Dyna-Soar ketika memasuki orbit.


J.) Sumber dan Referensi :

· www.boeing.com/history/products/x-20-dyna-soar.page
· https://en.m.wikipedia.org/wiki/Boeing_X-20_Dyna-Soar
· http://www.astronautix.com/d/dynasoar.html
· https://www.popsci.com/blog-network/vintage-space/most-aptly-named-dyna-soar#page-5
· https://www.popsci.com/space-plane-wasnt-everything-you-never-needed-know-about-dyna-soar#page-2
· http://spacefacts.de
· http://ghostmodeler.blogspot.co.id/2012/09/talons-in-space-northrops-n-205-proposal.html?m=1
· https://en.m.wikipedia.org/wiki/Douglas_F5D_Skylancer
· https://ntrs.nasa.gov/search.jsp?N=0&Ntk=All&Ntt=X-20%20Dynasoar&Ntx=mode%20matchallpartial
· https://www.orbithangar.com/searchid.php?ID=1030
· http://www.popularmechanics.co.za/stuff/return-of-the-space-plane/
· http://www.popularmechanics.com/space/a5661/space-plane-timeline/
· http://www.luft46.com/misc/sanger.html
· https://www.defensemedianetwork.com/stories/what-might-have-been-x-20-dyna-soar/
· http://www.theblackvault.com/documentarchive/boeing-x-20-dyna-soar/
· https://www.dailymotion.com/video/x59dm0u
· https://www.scribd.com/document/167336840/Boeing-Model-464L-Strategic-Weapons-System

Video:
















Comments