Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb...

Selain F-15 Eagle, Inilah Alasan NASA Mengoperasikan F/A-18 Hornet



Tak sembarang jet tempur dapat ‘mengabdikan’ kemampuannya di NASA (National Aeronautics and Space Administration). Selain F-15 Eagle, jet tempur bermesin ganda yang juga sejak lama dioperasikan oleh NASA adalah F/A-18 Hornet. Dan ada kabar bahwa NASA telah mendapatkan varian lebih baru F/A-18D, setelah sebelumnya sejak tahun 1997 mengoperasikan varian yang lebih lawas, F/A-18B.

Dalam siaran pers baru-baru ini, NASA mengumumkan bahwa pesawat F/A-18D (tandem seat), yang diperoleh dari Angkatan Laut AS pada tahun 2021, telah mengalami proses peremajaan yang ekstensif. Pesawat tersebut telah dihiasi dengan livery khas NASA dan kini sedang dalam tahap akhir memperoleh sertifikasi penerbangan di Armstrong Flight Research Center (AFRC).

Dengan bantuan dari US Air Force Corrosion Control Facility, yang biasa disebut Paint Barn di Pangkalan Angkatan Udara Edwards, F/A-18D yang sekarang dikenal sebagai NASA 862, telah mengalami transformasi untuk mencerminkan livery putih biru khas NASA.

Pesawat yang diremajakan ini dijadwalkan untuk menjadi bagian dari armada Armstrong Flight Research Center dan akan digunakan untuk melacak atau “mengejar” pesawat supersonik X-59. Selain itu, NASA 862 akan berfungsi sebagai wahana bagi para videografer dan fotografer untuk mengabadikan rekaman dan gambar menawan selama penerbangan.

NASA saat ini sedang dalam proses mengembangkan pesawat supersonik X-59 QueSST, menunjukkan komitmennya terhadap penelitian penerbangan tingkat lanjut. Pada November 2022, proyek tersebut mencapai tonggak penting dengan pemasangan mesin di X-59.

Kemudian pada Januari 2023, diumumkan bahwa penerbangan pertama X-59 dijadwalkan terjadi sebelum akhir tahun 2023, menandai langkah maju yang besar dalam mengejar kemampuan penerbangan supersonik NASA.

Sebagai pesawat eksperimental, X-59 secara khusus dirancang untuk beroperasi pada ketinggian yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pesawat angkut komersial konvensional dengan tetap mempertahankan standar keselamatan yang konsisten dengan desain pesawat penumpang supersonik.

Pada tahun 2021, NASA juga mengungkapkan rencananya untuk menggunakan jet tempur F-15 Eagle untuk melacak dan mengukur gelombang suara yang dihasilkan oleh X-59 selama penerbangan supersonik. Proses pelacakan ini difasilitasi oleh alat khusus bernama Airborne Location Integrating Geospatial Navigation System (ALIGNS) yang terpasang pada F-15.

Sistem ALIGNS mencakup antena yang memungkinkan pilot pesawat tempur mengoordinasikan gerakan mereka secara akurat saat mengejar X-59, memastikan pengumpulan dan analisis data yang tepat. selain F-15 Eagle, pesawat F/A-18 juga akan dikerahkan untuk mengejar X-59 selama penerbangan supersoniknya.

F/A-18D dapat dianggap tua menurut standar militer, tetapi relatif lebih modern daripada F/A-18B, dan komponennya lebih mudah tersedia. Selama empat bulan, peralatan militer di pesawat telah dilepas untuk persiapan pemindahannya ke NASA Armstrong.

NASA menggunakan jet F/A-18 Hornet dalam berbagai proyek dan misi penelitian karena beberapa alasan:

1. Performa

F/A-18 Hornet adalah pesawat tempur multirole yang memiliki kemampuan performa yang sangat baik. Pesawat ini dapat terbang dengan kecepatan tinggi dan manuver yang fleksibel, sehingga memungkinkan NASA untuk melakukan berbagai tugas penelitian dan pengujian di udara dengan akurasi dan ketepatan yang tinggi.

2. Kemampuan Instrumentasi

F/A-18 Hornet memiliki struktur yang kokoh dan dirancang dengan kemampuan untuk memasang berbagai instrumen dan peralatan penelitian. Hal ini memungkinkan NASA untuk mengintegrasikan perangkat pengukuran dan sensor yang diperlukan untuk mengumpulkan data selama penerbangan penelitian. Pesawat ini dapat menjadi platform yang efektif untuk menguji teknologi baru, melakukan pengamatan atmosfer dan lingkungan, serta mengumpulkan data ilmiah yang diperlukan.

3. Fleksibilitas

F/A-18 Hornet adalah pesawat yang sangat fleksibel dan dapat diadaptasi untuk berbagai misi. NASA dapat memodifikasi pesawat ini sesuai dengan kebutuhan penelitian dan menginstal instrumen atau sistem khusus yang diperlukan untuk setiap proyek. Fleksibilitas ini memungkinkan NASA untuk menjalankan misi penelitian yang beragam, termasuk pengamatan lingkungan, pengukuran atmosfer, pengujian teknologi penerbangan, dan lain sebagainya.

4. Ketersediaan dan Biaya Operasional

F/A-18 Hornet merupakan pesawat yang sudah banyak digunakan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dan negara-negara lain. Oleh karena itu, ketersediaan suku cadang dan layanan teknis yang berkaitan dengan pesawat ini relatif tinggi. Selain itu, biaya operasional pesawat ini dapat lebih terjangkau dibandingkan dengan pesawat khusus penelitian atau pengujian yang dibuat secara khusus.

Dengan menggunakan F/A-18 Hornet, NASA dapat memanfaatkan kemampuan dan fleksibilitas pesawat tempur ini untuk mendukung misi penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang aeronautika, pengamatan Bumi, dan eksperimen ilmiah di udara.

NASA mulai menggunakan pesawat F/A-18B Hornet pada tahun 1997. Pada waktu itu, NASA melakukan kontrak dengan US Navy untuk menyewa beberapa F/A-18 Hornet sebagai bagian dari program “High Alpha Research Vehicle” (HARV) atau “Pilot Induced Oscillation Research Aircraft” (PIORA). Tujuan dari program ini adalah untuk menguji dan mempelajari fenomena penerbangan yang terkait dengan osilasi yang diinduksi oleh pilot pada sudut serangan tinggi atau alpha.

Sumber:

NASA

Aerotechnews

Indomiliter

Comments