Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb

Drone MALE Elang Hitam bakal uji terbang perdana Oktober 2020.



"BPPT bersama Konsorsium PUNA MALE Kombatan, siap melakukan akselerasi..."

Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia Gita Amperiawan mengatakan pesawat udara nir awak (PUNA/drone) Medium Altitude Long Endurance (MALE) Elang Hitam bakal uji terbang perdana pada Oktober 2020.

“Kemudian kita lanjut ke proses sertifikasi untuk flight test,” kata Gita kepada ANTARA di salah satu hanggar PT Dirgantara Indonesia (DI) di Bandung, Jumat.

“Jadi tes terbang, tes terbang akan dikerjakan sampai 2021 untuk bisa dapatkan type certificate sebagai MALE Surveillance. Dan kita akan lanjut terus mengintegrasikan senjata, weaponize. Nah itu kita mengharapkan di 2023 itu type certificate untuk kombatan MALE bisa kita dapat,” ujar dia.




Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia Gita Amperiawan dengan latar belakang prototipe pesawat udara nir awak (PUNA/drone) Medium Altitude Long Endurance (MALE) Elang Hitam di salah satu hanggar PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jumat (13/3/2020). (Sumber: ANTARA/Virna P Setyorini).

MALE Elang Hitam merupakan drone yang dikembangkan sebuah konsorsium yang melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT Dirgantara Indonesia, PT LEN, Institut Teknologi Bandung (ITB), Kementerian Pertahanan, TNI Angakatan Udara dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Uji terbang drone Elang Hitam, menurut dia, akan dilakukan di lokasi sebenarnya pesawat tanpa awak tersebut akan digunakan untuk pengawasan, seperti perairan Natuna di Kepulauan Riau.

Sebelumnya Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan pembangunan drone Elang Hitam sebagai pesawat tanpa awak dengan kemampuan kombatan akan diakselerasi.

"Rencana percepatan pembangunan PUNA Elang Hitam, sudah kami paparkan saat agenda rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (3/2), di gedung DPR RI, Jakarta. Paparan terkait penguasaan teknologi Drone tersebut juga saya sampaikan selanjutnya kepada Menristek/BRIN pada agenda Rakor Kemenristek/BRIN," katanya.

Prototipe PUNA Elang Hitam (EH-1) juga sudah ditampilkan dalam Pameran Industri Pertahanan yg digelar oleh Kementerian Pertahanan.

Saat itu Presiden Joko Widodo bersama Menko Polhukam, Menteri Pertahanan, Kepala KSP juga telah melihat langsung drone Elang Hitam buatan anak bangsa itu, kata Hammam.

Skema pengembangan awal drone MALE Elang Hitam tersebut akan memiliki sertifikat sebagai drone tempur pada 2024. Namun jika ada percepatan diharapkan di 2021 sudah dapat beroperasi guna menjaga kedaulatan wilayah tanah air, seperti di langit Natuna, dan kawasan T3 lainnya (Terluar, Terdepan, Tertinggal).

“Semoga percepatan pembangunan Drone Elang Hitam ini, dapat segera terwujud. BPPT bersama Konsorsium PUNA MALE Kombatan, siap melakukan akselerasi," ujar dia.

Sumber:

Antara News

Comments