Skip to main content

Featured

Drone AS Melempem di Ukraina, Buatan China Lebih Andal

Perang drone Ukraina lawan Rusia memaksa kedua belah pihak untuk berinovasi dengan cepat. Namun ternyata, drone buatan Amerika Serikat tidak unggul di medan perang sehingga mendorong Ukraina beralih ke drone buatan China. Permasalahan yang terdapat pada banyak drone buatan AS, khususnya drone kecil, adalah bahwa drone tersebut sering tak berfungsi seperti yang diiklankan atau direncanakan. Selain itu menurut sumber, mudah mengalami kesalahan ketika diincar jammer Rusia. Drone AS rupanya rapuh dan rentan terhadap peperangan elektronik. Di sebagian drone AS yang dikirim ke Ukraina, masalahnya termasuk tidak bisa lepas landas, tersesat, tidak kembali atau gagal memenuhi harapan misi. Persoalannya adalah teknologi AS tidak berkembang cukup cepat. Georgii Dubynskyi, wakil menteri transformasi digital Ukraina, mengibaratkan bahwa "apa yang bisa terbang hari ini tidak akan bisa terbang besok." "Reputasi umum setiap kelas drone Amerika di Ukraina adalah mereka tidak bekerja seb

Elon Musk Diam-Diam Bangun Ratusan Satelit Mata-Mata Mirip Starlink


Elon Musk diam-diam menggunakan teknologi Starlink untuk membuat ratusan satelit mata-mata untuk bandan intelijen Amerika Serikat. Nilai kontrak pembuatan satelit mata-mata tersebut mencapai US$ 1,8 miliar (Rp 28,15 triliun).

Reuters melaporkan bahwa salah satu unit bisnis SpaceX yang bernama Starshield pada 2021 menandatangani kontrak National Reconnaissance Office (NRO), badan intelijen yang mengelola satelit mata-mata AS.

Rencana pembuatan ratusan satelit mata-mata ini menggambarkan kedekatan SpaceX, perusahaan yang didirikan dan dipimpin oleh Elon Musk, dengan proyek militer dan intelijen AS.

Selain itu, proyek Starshield mengungkap investasi besar-besaran Departemen Pertahanan AS yang dikenal sebagai Pentagon, dalam teknologi satelit orbit rendah atau low-Earth orbit (LEO) untuk mendukung tentara AS di seluruh dunia. Ratusan satelit mata-mata di orbit rendah memiliki kapabilitas untuk mengambil gambar di permukaan Bumi.

Menurut sumber Reuters, Starlink telah meluncurkan lusinan prototipe satelit mata-mata sejak 2020 menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX. Data pemerintah AS menunjukkan ada beberapa objek di orbit yang terdaftar sebagai misi satelit SpaceX, tetapi tidak pernah diungkap oleh SpaceX atau pemerintah AS.

Pentagon sudah sering bekerja sama dengan SpaceX, antara lain lewat kontrak penggunaan Falcon 9 untuk meluncurkan logistik militer ke luar angkasa.

Menurut narasumber Reuters jaringan satelit mata-mata adalah salah satu target utama pemerintah AS dalam pembangunan kekuatan pertahanan di luar angkasa. Alasannya, sistem ini adalah sistem pemantauan aktivitas di seluruh permukaan Bumi yang paling cepat, menyeluruh, dan terus-menerus.

"Tidak ada yang bisa bersembunyi," kata salah satu narasumber Reuters.

SpaceX kini mengoperasikan ribuan satelit LEO, lewat anak usahanya yang bernama Starlink, untuk menyediakan akses internet satelit ke pengguna di seluruh dunia. Kabarnya, pemerintah RI akan menggunakan Starlink sebagai salah satu penyedia internet di Ibu Kota Negara yang baru di Kalimantan.

Reuters menyatakan Jaringan Starshield nantinya akan terpisah dengan Starlink.

Narasumber Reuters menyatakan jika program ini terealisasi, pemerintah dan militer AS bisa dengan cepat dan mudah mencari dan mengidentifikasi target serangan di penjuru Bumi.

Jadwal operasional satelit mata-mata buatan SpaceX tidak bisa dipastikan. Selain itu, ada kemungkinan proyek ini juga didukung oleh perusahaan lain bersama SpaceX.

SpaceX tidak merespons permintaan konfirmasi dari Reuters. Pentagon meminta Reuters untuk meminta konfirmasi ke NRO dan SpaceX.

============================================================

Elon Musk Bikin Satelit Mata-Mata AS, Starlink Masih Boleh Masuk IKN?


Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie mengatakan proses Starlink untuk bisa masuk di Ibu Kota Nusantara (IKN) masih panjang.

"Belum, ditunggu aja masih panjang," kata Budi saat ditemui di Kompleks Parlemen usai Raker dengan Komisi I DPR RI, Selasa (19/3/20224).

Dalam kesempatan sebelumnya, Budi sempat mengatakan bahwa Indonesia membuka diri untuk pihak manapun bisa masuk ke Indonesia. Asalkan dengan catatan bisa memenuhi peraturan perundangan yang ada.

"Kita membuka diri untuk siapapun berpartisipasi dalam penyelenggaraan bisnis telekomunikasi di Indonesia, selama memenuhi peraturan perundangan yang berlaku Indonesia," jelasnya saat itu.

Starlink merupakan layanan internet berbasis satelit dari SpaceX yang dimiliki miliarder Elon Musk. Isu masuknya layanan tersebut ke tanah air memang sudah terdengar sejak tahun lalu.

Terbaru, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan memastikan internet Starlink segera masuk ke Indonesia. Rencana akan dipasang di ibu kota baru Nusantara Musk juga akan berkunjung langsung ke sana.

"Saya dengan Elon Musk telepon seminggu lalu, Jumat lalu. Kan Starlink mau masuk. Saya kira hampir selesai persyaratannya. Dia akan ke IKN," kata Luhut pada Februari lalu.

Luhut juga mengatakan Starlink telah mengajukan surat izin beroperasi di Indonesia kepada Kementerian Kominfo. Begitu perizinan selesai tak lama kemudian, Musk akan datang ke Indonesia.

"Begitu surat dia di Kominfo selesai, seminggu kemudian kita kasih issue dia ILO, izin layak operasi, begitu itu jalan, 5 hari kemudian dia bisa datang ke indonesia," ujar Luhut.

"Kita sudah usul satu dia ke IKN, karena dia katanya mau launching ke IKN dan ke puskesmas yang dekat dengan IKN. Karena ini, Presiden minta kenapa Starlink ini, supaya puskesmas-puskesmas yang tidak terjangkau dengan komunikasi, dengan Starlink ini bisa terjangkau sehingga pelayanan kesehatan di pedesaan itu bisa terjangkau." imbuhnya.

Elon Musk Bangun Satelit Mata-Mata Buat AS

Pekan ini, Reuters melaporkan Elon Musk diam-diam menggunakan teknologi Starlink untuk membuat ratusan satelit mata-mata untuk bandan intelijen Amerika Serikat. Nilai kontrak pembuatan satelit mata-mata tersebut mencapai US$ 1,8 miliar (Rp 28,15 triliun).

Salah satu unit bisnis SpaceX yang bernama Starshield pada 2021 dikatakan telah menandatangani kontrak National Reconnaissance Office (NRO), badan intelijen yang mengelola satelit mata-mata AS.

Rencana pembuatan ratusan satelit mata-mata ini menggambarkan kedekatan SpaceX, perusahaan yang didirikan dan dipimpin oleh Elon Musk, dengan proyek militer dan intelijen AS.

Selain itu, proyek Starshield mengungkap investasi besar-besaran Departemen Pertahanan AS yang dikenal sebagai Pentagon, dalam teknologi satelit orbit rendah atau low-Earth orbit (LEO) untuk mendukung tentara AS di seluruh dunia. Ratusan satelit mata-mata di orbit rendah memiliki kapabilitas untuk mengambil gambar di permukaan Bumi.

Menurut sumber Reuters, Starlink telah meluncurkan lusinan prototipe satelit mata-mata sejak 2020 menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX. Data pemerintah AS menunjukkan ada beberapa objek di orbit yang terdaftar sebagai misi satelit SpaceX, tetapi tidak pernah diungkap oleh SpaceX atau pemerintah AS.

Pentagon sudah sering bekerja sama dengan SpaceX, antara lain lewat kontrak penggunaan Falcon 9 untuk meluncurkan logistik militer ke luar angkasa.

Menurut narasumber Reuters jaringan satelit mata-mata adalah salah satu target utama pemerintah AS dalam pembangunan kekuatan pertahanan di luar angkasa. Alasannya, sistem ini adalah sistem pemantauan aktivitas di seluruh permukaan Bumi yang paling cepat, menyeluruh, dan terus-menerus.

SpaceX kini mengoperasikan ribuan satelit LEO, lewat anak usahanya yang bernama Starlink, untuk menyediakan akses internet satelit ke pengguna di seluruh dunia. Kabarnya, pemerintah RI akan menggunakan Starlink sebagai salah satu penyedia internet di Ibu Kota Negara yang baru di Kalimantan.

Reuters menyatakan Jaringan Starshield nantinya akan terpisah dengan Starlink.

Narasumber Reuters menyatakan jika program ini terealisasi, pemerintah dan militer AS bisa dengan cepat dan mudah mencari dan mengidentifikasi target serangan di penjuru Bumi.

Jadwal operasional satelit mata-mata buatan SpaceX tidak bisa dipastikan. Selain itu, ada kemungkinan proyek ini juga didukung oleh perusahaan lain bersama SpaceX.

SpaceX tidak merespons permintaan konfirmasi dari Reuters. Pentagon meminta Reuters untuk meminta konfirmasi ke NRO dan SpaceX.

============================================================

AS Bangun Satelit Mata-Mata Mirip Starlink, China Langsung Bereaksi


Militer China menuduh Amerika Serikat (AS) mengancam keamanan global. Hal tersebut menyusul laporan Reuters yang menyebut SpaceX milik Elon Musk membangun ratusan satelit mata-mata untuk membantu agen intelijen AS.

Unit Starshield di bawah SpaceX dikabarkan tengah mengembangkan jaringan satelit untuk kontrak rahasia bernilai US$ 1,8 miliar (Rp 28 triliun) dengan National Reconnaissance Office (NRO).

Informasi ini berdasarkan testimoni 5 sumber yang familiar dengan program tersebut.

Akun media sosial yang dijalankan People's Liberation Army (PLA) mengatakan program SpaceX bersama intelijen AS tersebut "tak tahu malu dan mencerminkan standar ganda".

Sebab, selama ini AS selalu menuduh China membahayakan keamanan nasional. AS menuduh program mata-mata China telah membobol pertahanan banyak negara di dunia.

"Kami meminta perusahaan AS tak membantu penjahat untuk melakukan kejahatan," kata Junzhengping, sebuah akun media sosial di Weibo yang dijalankan oleh PLA. Akun tersebut memiliki 1,1 juta pengikut.

"Seluruh negara di dunia harus terlindungi dari ancama besar yang dibuat oleh pemerintah AS," kata postingan tersebut.

Wang Yanan yang merupakan Chief Editor Aerospace Knowledge, sebuah majalah yang dibekingi pemerintah China, terang-terangan menyebut proyek satelit SpaceX merupakan "ancaman bagi stabilitas keamanan global".

Sebagai informasi, Elon Musk memiliki perusahaan lain yang beroperasi di China seperti Tesla. Junzhengping dan Global Times tak menyebut Musk atau Tesla dalam pernyataannya terkait SpaceX dan satelit mata-mata intelijen AS.

Jaringan Starshield terpisah dari Starlink meski sama-sama dikembangkan oleh SpaceX.

Starlink sendiri berulang kali disebut membahayakan China. Peneliti China di PLA melakukan studi soal operasi Starlink di Ukraina selama 2 tahun terakhir. Peneliti menyebut ada risiko berbahaya yang mengintai China gara-gara Starlink.

SpaceX, NRO, dan Pentagon, tak berkomentar soal informasi yang beredar.

============================================================

SpaceX Bikin Satelit Mata-mata untuk AS


Perusahaan antariksa milik Elon Musk, SpaceX, dilaporkan tengah membuat ratusan satelit mata-mata secara diam-diam. Ratusan satelit ini konon dibuat melalui kontrak rahasia dengan Badan Pengintaian Nasional (National Reconnaissance Office/NRO) Amerika Serikat. Badan Pengintaian Nasional adalah badan intelijen Amerika Serikat yang mengelola satelit mata-mata.

Menurut lima sumber anonim yang dekat dengan media berita Reuters, satelit mata-mata ini dibangun oleh unit bisnis SpaceX yakni Starshield dengan kontrak senilai 1,8 miliar dollar AS atau setara Rp 28,1 triliun. 

Kontrak ini dilaporkan ditandatangani pada 2021. Jaringan satelit mata-mata yang diluncurkan di orbit rendah Bumi ini disebut mampu beroperasi sebagai gerombolan (swarm) dan melacak target di darat.

Lebih spesifiknya, jaringan Starshield dilaporkan mampu mengumpulkan citra di Bumi secara simultan untuk badan intelijen AS. Satelit ini menggunakan satelit pencitraan besar untuk mengumpulkan data dan satelit relai data untuk mengirimkan informasi.

Kendati demikian, pihak SpaceX dan NRO belum memberikan respons soal kontrak dengan SpaceX tersebut. 

NRO sendiri mengonfirmasi bahwa mereka sedang mengembangkan sistem satelit canggih, serta mengakui kerja samanya dengan lembaga pemerintah, perusahaan, dan institusi lainnya. 

"Badan Pengintaian Nasional (AS) sedang mengembangkan sistem intelijen, pengawasan, dan pengintaian berbasis ruang angkasa yang paling mumpuni, beragam, serta tangguh yang pernah ada di dunia," kata juru bicara NRO.

Tidak diketahui kapan jaringan satelit terbaru tersebut akan mulai beroperasi, dan tidak diketahui pula perusahaan lain apa saja yang menjadi bagian dari program tersebut berdasarkan kontrak mereka sendiri. 

Namun, kontrak ini menandakan makin besarnya kepercayaan dari badan intelijen AS kepada SpaceX, walaupun pemiliknya Elon Musk pernah berseteru dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden. 

Adapun perseteruan itu disebabkan oleh penggunaan satelit internet Starlink milik SpaceX dalam peperangan Ukraina, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Engadget, Senin (18/3/2024).

Apa itu Starshield?

Starshield pertama kali diumumkan pada Desember 2022, sebagai layanan Starlink terpisah yang dirancang untuk entitas pemerintah dan agensi militer. Ini berbeda dari Starlink yang disebut Elon Musk merupakan "jaringan untuk masyarakat".

Pada September 2023, SpaceX dilaporkan menandatangani kontrak senilai 70 juta dollar AS (kira-kira Rp 1,094 triliun) dengan Angkatan Luar Angkasa AS (US Space Force). 

Kontrak yang dijalankan selama setahun ini memungkinkan Angkatan Luar Angkasa AS untuk menggunakan satelit komunikasi yang sudah dikustomisasi, agar aman untuk keperluan pemerintahan dan militer.

============================================================

Kontrak Rahasia SpaceX Elon Musk dan Intelijen AS, Bangun Jaringan Satelit Mata-Mata


SpaceX sedang membangun jaringan ratusan satelit mata-mata di bawah kontrak rahasia dengan badan intelijen AS. 

Ini menurut lima sumber yang mengetahui program tersebut, menunjukkan semakin dalamnya hubungan antara perusahaan luar angkasa milik pengusaha miliarder Elon Musk dan badan keamanan nasional.

Jaringan tersebut dibangun unit bisnis Starshield SpaceX berdasarkan kontrak senilai 1,8 miliar dollar AS.

Kontrak ditandatangani pada 2021 dengan National Reconnaissance Office (NRO), sebuah badan intelijen yang mengelola satelit mata-mata.

Dilansir dari Reuters, rencana tersebut menunjukkan sejauh mana keterlibatan SpaceX dalam proyek intelijen dan militer AS. 

Ini menggambarkan investasi Pentagon yang lebih besar pada sistem satelit besar yang mengorbit rendah Bumi yang bertujuan untuk mendukung pasukan darat. 

Jika berhasil, sumber tersebut mengatakan bahwa program ini akan secara signifikan meningkatkan kemampuan pemerintah dan militer AS untuk dengan cepat menemukan target potensial hampir di mana pun di dunia. 

Kontrak tersebut menandakan semakin besarnya kepercayaan dari badan intelijen sebuah perusahaan yang pemiliknya berselisih dengan pemerintahan Biden dan memicu kontroversi.

Hal ini juga membuka bagian baru atas penggunaan konektivitas satelit Starlink dalam perang Ukraina, kata sumber tersebut. 

Wall Street Journal melaporkan, membuka tab barupada bulan Februari adanya kontrak rahasia Starshield senilai 1,8 miliar dollar AS dengan badan intelijen yang tidak diketahui tanpa merinci tujuan program tersebut.

Pelaporan Reuters mengungkapkan untuk pertama kalinya bahwa kontrak SpaceX adalah untuk sistem mata-mata baru yang kuat. 

Ratusan satelit yang memiliki kemampuan pencitraan Bumi yang dapat beroperasi sebagai gerombolan di orbit rendah.

Agen mata-mata yang bekerja sama dengan perusahaan Musk adalah NRO.

============================================================

China Tuding AS Ancam Keamanan Global, Gunakan SpaceX Bangun Satelit Mata-mata


China menuduh Amerika Serikat mengancam keamanan global. Tuduhan itu muncul beberapa hari setelah SpaceX milik Elon Musk sedang membangun ratusan satelit mata-mata untuk badan Intelijen AS. 

Unit SpaceX, Starshield sedang mengembangkan jaringan satelit berdasarkan kontrak rahasia senilai 1,8 miliar dollar AS atau sekitar 28,26 triliun rupiah dengan National Reconnaissance Office atau NRO. NRO mengakui misinya untuk mengembangkan sistem pengawasan berbasis antariksa. Tetapi pihaknya menolak mengomentari sejauh mana keterlibatan SpaceX.

============================================================

SpaceX lands US Space Force contract for Starshield satellite communications

The contract tops at a $70 million and provides 'end-to-end service via the Starlink constellation.'


SpaceX has won a $70 million contract with the US Space Force to provide satellite communications for the US Space Force via its Starshield program, Bloomberg reported. The company will effectively be repurposing its Starlink network for military usage as a way to provide a "secured satellite network for government entities," according to SpaceX's website. The contract has a one-year duration.

"The SpaceX contract provides for Starshield end-to-end service (via the Starlink constellation), user terminals, ancillary equipment, network management and other related services," a Space Force spokesperson told CNBC in a statement. The initial phase requires the Space Force to pay $15 million to SpaceX by September 30th, and SpaceX will support 54 military "mission partners" across Department of Defence (DoD) branches.

A group of US senators recently criticized SpaceX's actions in Ukraine, after a biography on Elon Musk revealed that he refused Ukraine's request to extend Starlink coverage to allow a naval attack on Russian-held Crimea. "We are deeply concerned with the ability and willingness of SpaceX to interrupt their service at Mr. Musk’s whim and for the purpose of handcuffing a sovereign country’s self-defense, effectively defending Russian interests," they wrote.

However in a post on his social network X, Musk refuted that sentiment. "Starlink needs to be a civilian network, not a participant to combat. Starshield will be owned by the US government and controlled by DoD Space Force," he said.

SpaceX is already a key contractor for the Pentagon, providing the military with rocket launches. Last year, the Space Force approved the company's reusable Falcon Heavy to carry US spy satellites into orbit. Earlier this year, SpaceX won a contract to provide an unspecified number of Starlink ground terminals for use in Ukraine.

============================================================

SpaceX is reportedly building hundreds of spy satellites for the US government

According to Reuters, SpaceX is developing a ‘Starshield’ swarm for the DoD’s National Reconnaissance Office.


SpaceX has been contracted by the Department of Defense’s National Reconnaissance Office (NRO) to build a network of hundreds of low-orbiting spy satellites capable of operating as a swarm and tracking targets on the ground, according to Reuters. The Reuters report, which cites five sources with knowledge of the program, builds on earlier reporting by The Wall Street Journal that revealed SpaceX had signed a $1.8 billion contract in 2021 with an unnamed agency.

This network, called Starshield, would reportedly be able to gather continuous imagery all over Earth for US intelligence, using a mix of large imaging satellites to collect data and relay satellites to transmit information. According to one source who spoke to Reuters, it has the potential to make it so “no one can hide.” Neither SpaceX nor the NRO directly confirmed the company’s involvement in the project, but an NRO spokesperson told Reuters, "The National Reconnaissance Office is developing the most capable, diverse, and resilient space-based intelligence, surveillance, and reconnaissance system the world has ever seen.”

Last fall, it was reported that SpaceX had bagged a $70 million contract with the Space Force to provide satellite communications under its Starshield program. This is a distinct entity from SpaceX’s Starlink constellation, at least according to Elon Musk, who has said Starlink “needs to be a civilian network,” whereas Starshield is meant to be used for government and national security purposes.

============================================================

SpaceX Milik Musk Disebut Kembangkan Jaringan Satelit Pengintai untuk Badan Intelijen AS


SpaceX sedang mengembangkan rangkaian ratusan satelit mata-mata dalam sebuah kontrak rahasia dengan sebuah lembaga intelijen AS, menurut lima sumber yang mengetahui program tersebut. Hal itu menunjukkan hubungan yang semakin dalam antara perusahaan antariksa milik miliarder Elon Musk dan lembaga keamanan nasional.

Jaringan tersebut dibangun oleh unit bisnis SpaceX, Starshield, berdasarkan kontrak senilai $1,8 miliar yang diteken pada 2021 dengan Badan Pengintaian Nasional (National Reconnaissance Office/NRO), sebuah badan intelijen yang mengelola satelit mata-mata, kata sumber tersebut.

Rencana itu menunjukkan sejauh mana keterlibatan SpaceX dalam proyek intelijen dan militer AS. Hal ini juga memberikan gambaran tentang investasi Departemen Pertahanan AS atau Pentagon yang lebih jauh pada sistem satelit besar yang mengorbit rendah Bumi untuk mendukung pasukan darat.

Jika berhasil, sumber tersebut mengatakan bahwa program itu akan meningkatkan kemampuan pemerintah dan militer AS secara signifikan untuk menemukan target potensial hampir di mana saja di dunia dengan cepat.

Sumber tersebut menyatakan bahwa kontrak itu juga menandakan adanya peningkatan tingkat kepercayaan badan intelijen terhadap sebuah perusahaan yang dimiliki oleh individu yang berkonflik dengan pemerintahan Biden. Sebelumnya, kontroversi antara pemerintah dan Musk muncul pada penggunaan satelit Starlink dalam konflik Ukraina.

The Wall Street Journal melaporkan pada Februari adanya kontrak rahasia Starshield senilai $1,8 miliar dengan badan intelijen yang tidak diketahui, tanpa memerinci tujuan program tersebut.

Reuters melaporkan untuk pertama kalinya bahwa kontrak SpaceX adalah untuk pengembangan sistem mata-mata baru yang canggih. Sistem tersebut melibatkan ratusan satelit yang memiliki kemampuan pencitraan Bumi, yang dapat beroperasi dalam kelompok di orbit rendah. Agen mata-mata yang bekerja sama dengan perusahaan Musk dalam proyek ini adalah NRO.

Reuters tidak mengetahui kapan jaringan satelit baru akan mulai beroperasi dan perusahaan mana saja yang juga menjadi bagian dari program tersebut.

SpaceX, operator satelit terbesar di dunia, tidak menanggapi beberapa permintaan komentar mengenai kontrak tersebut, perannya di dalamnya, dan perincian peluncuran satelit. Pentagon merujuk permintaan komentar ke NRO dan SpaceX.

Dalam sebuah pernyataan, NRO mengakui misinya untuk mengembangkan sistem satelit canggih dan kemitraannya dengan lembaga pemerintah, perusahaan, lembaga penelitian, dan negara lainnya. Namun menolak mengomentari temuan Reuters tentang sejauh mana keterlibatan SpaceX dalam upaya tersebut.

“Kantor Pengintaian Nasional sedang mengembangkan sistem intelijen, pengawasan, dan pengintaian berbasis ruang angkasa yang paling mumpuni, beragam, dan tangguh yang pernah ada di dunia,” kata seorang juru bicara.

Menurut sumber tersebut, satelit-satelit tersebut dapat memantau target di lapangan dan menyediakan data kepada pejabat intelijen dan militer AS. Pada dasarnya, satelit itu akan memungkinkan pemerintah AS untuk secara cepat mendapatkan gambaran terus-menerus dari aktivitas di lapangan hampir di mana saja di dunia, yang akan membantu dalam operasi intelijen dan militer.

Tiga sumber mengatakan belasan prototipe telah diluncurkan sejak 2020, di antara satelit lain yang digunakan pada roket Falcon 9 SpaceX.

Pentagon merupakan salah satu pelanggan utama SpaceX. Mereka menggunakan roket Falcon 9 untuk meluncurkan muatan militer ke luar angkasa. Prototipe satelit pertama Starshield, yang diluncurkan pada 2020, merupakan bagian dari kontrak terpisah senilai sekitar $200 juta yang membantu memposisikan SpaceX untuk mendapatkan kontrak lain senilai $1,8 miliar, kata salah satu sumber.

Konstelasi satelit mata-mata yang diklasifikasikan tersebut merupakan salah satu kemampuan paling dicari dari pemerintah AS di luar angkasa karena dirancang untuk memberikan liputan paling persisten, merata, dan cepat terhadap aktivitas di Bumi.

Musk, pendiri dan CEO Tesla, serta pemilik perusahaan media sosial X, mempromosikan inovasi di sektor luar angkasa. Namun, beberapa pejabat di pemerintahan Biden merasa frustrasi karena kontrol Musk atas Starlink di Ukraina, di mana militer Kyiv menggunakannya untuk komunikasi yang aman dalam konflik dengan Rusia. Wewenang Musk atas Starlink di zona konflik, bukan militer AS, menciptakan ketegangan antara dia dan pemerintah AS.



Sumber:


SpaceX


Joey Roulette & Marisa Taylor. Exclusive: Musk's SpaceX is building spy satellite network for US intelligence agency, sources say. Reuters. Diakses pada tanggal, 20 Maret 2020


Redaksi Reuters. China's military, state media slam U.S. after Reuters report on SpaceX spy satellites. Reuters. Diakses pada tanggal, 20 Maret 2024


Redaksi CNBC Indonesia. Elon Musk Diam-Diam Bangun Ratusan Satelit Mata-Mata Mirip Starlink. CNBC Indonesia. Diakses pada tanggal, 20 Maret 2024


Redaksi CNBC Indonesia. Elon Musk Bikin Satelit Mata-Mata AS, Starlink Masih Boleh Masuk IKN?. CNBC Indonesia. Diakses pada tanggal, 20 Maret 2024


Redaksi CNBC Indonesia. AS Bangun Satelit Mata-Mata Mirip Starlink, China Langsung Bereaksi. CNBC Indonesia. Diakses pada tanggal, 20 Maret 2024


Brian Wang. SpaceX Starshield Gets First US Space Force Contract. Next Big Future. Diakses pada tanggal, 20 Maret 2024


Gianluca Riccio. Starshield, Musk sets up a network of spy satellites for the USA. Futuro Prossimo. Diakses pada tanggal, 20 Maret 2020


Mikhaangelo Fabialdi Nurhapy; Yudha Pratomo. SpaceX Bikin Satelit Mata-mata untuk AS. Kompas Tekno. Diakses pada tanggal, 27 Maret 2024


Tito Hilmawan Reditya. Kontrak Rahasia SpaceX Elon Musk dan Intelijen AS, Bangun Jaringan Satelit Mata-Mata. Kompas. Diakses pada tanggal, 27 Maret 2024


Bernadetha Nadia Deni Ananda. China Tuding AS Ancam Keamanan Global, Gunakan SpaceX Bangun Satelit Mata-mata. Kompas. Diakses pada tanggal, 27 Maret 2024


Steve Dent. SpaceX lands US Space Force contract for Starshield satellite communications. Engadget. Diakses pada tanggal, 27 Maret 2024


Cheyenne MacDonald. SpaceX is reportedly building hundreds of spy satellites for the US government. Engadget. Diakses pada tanggal, 27 Maret 2024


VOA. SpaceX Milik Musk Disebut Kembangkan Jaringan Satelit Pengintai untuk Badan Intelijen AS. Voice Of America (VOA). Diakses pada tanggal, 27 Maret 2024

Comments