Pusat Penerbangan TNI-AL (Puspenerbal) pernah mengoperasikan pesawat jenis Nomad N-22 sebagai pesawat patroli laut pada tahun 1980-an. Untuk itu, dibuat Skuadron 800 pada tanggal 28 Juli 1976 sebagai homebase dari pesawat Nomad tersebut.
Nomad N-22 merupakan pesawat patroli maritim dan ideal untuk dioperasikan di Indonesia karena dapat mendarat dan tinggal landas di landasan pendek sejauh 500 m. Pesawat tersebut aslinya tidak dilengkapi dengan senjata apapun, namun oleh Penerbal akhirnya dilengkapi dengan memasang senapan mesin BRG-15 buatan FN pada bagian "hatch door".
Salah satu tugas operasi bantuan yang berkesan adalah saat dua pesawat Nomad di BKO-kan dalam Operasi Seroja di Timor Timur, pada bulan April 1977.
Ilustrasi dari senapan mesin FN BGR-15 yang dipasang oleh Penerbal di bagian "Hatch Door" dari pesawat N-22 Nomad sebagai persenjataan utamanya sekaligus sebagai alat perlindungan diri.
Tugasnya ada 2 yakni :
1.) Pengintaian udara (Air Reconnaissance)
yaitu, pengintaian atas sasaran laut seputar Timor Timur untuk antisipasi kemungkinan kehadiran kapal asing yang akan membantu Fretilin.
2.) Pengendali BTU (Bantuan Tembakan Udara)
"Air Spotter" atau "Forwarder" bagi pembom B-26 Invader dan pesawat serang OV-10 Bronco dari TNI-AU.
Seperti dikutip dalam buku biografi Laksamana Muda (Purn) Rosihan Arsyad, yang saat itu masih berpangkat Lettu, bersama dengan Kapten Setio Rahadjo, mereka mendapat tugas mencari pemancar radio Suara Kebebasan di area Remexio Timor Timur. Lokasi tsb sudah lama dijadikan target operasi namun belum berhasil ditemukan.
N-22 Nomad milik Penerbal yang sedang terbang dalam bentuk formasi.
Tak lama setelah Nomad tiba di Dili, perintah datang untuk melakukan pengintaian. Letnan Rosihan lalu terbang di sekitar daerah perkiraan sasaran, dan melihat beberapa orang memanggul benda yang semula disangka cangkul. Setelah diamati lebih teliti ternyata mereka adalah gerilyawan Fretilin yang memanggul senapan, sehingga memberi keyakinan pada awak pesawat bahwa itu adalah titik yang dicari.
Benar, setelah pesawat berputar sekali lagi, antena pemancar radio dapat dilihat. Penemuan ini langsung disampaikan ke pesawat bomber B-26 yang sudah standby di sekitar lokasi yang lalu melakukan pemboman dengan dahsyat ke pemancar tersebut. Sejak saat itu, Radio Suara Kebebasan tidak pernah mengudara lagi.
Sumber:
Arsyad, Rosihan. "Menerjang Ombak Menembus Awan". 2015. Qailqita Publishing.
Jani Sari Facebook Stories
poker online dengan pelayanan CS yang baik dan ramah hanya di AJOQQ :D
ReplyDeleteayo di kunjungi agen AJOQQ :D